Banyak Pilihan, Satu Keyakinan | Cerpen : Deslina Nurhalimah

60
Tulisan Terkait
Berita Lainnya

Loading

CERPEN KARYA
Deslina Nurhalimah (Siswi kelas XI SMA Negeri Plus Provinsi Riau)

Banyak Pilihan, Satu Keyakinan

Siswi berseragam abu-abu, kulit putih, hidung mancung, dan bermata cokelat yang sedang duduk membaca buku di pojok kelas itu bernama Fira.Walaupun masih terbilang siswi baru, Ia sudah menjadi salah satu siswi popular di sekolahnya. Banyak pria yang menyukai dan mengaguminya.Selain karena parasnya yang cantik, Fira merupakan siswi yang pintar dan murah senyum. Namun, karena kelebihannya itu pula juga tidak sedikit teman dan kakak kelasnya yang tidak suka bahkan hingga benci padanya.

Sekolahnya merupakan sekolah berasrama dengan sistem senioritas dan berintegritas.Sehari setelah masa PLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah), sekolah mengadakan kegiatan perkenalan antara junior dan senior yang bertujuan untuk meningkatkan rasa kekeluargaan antarsesama.Kegiatan dimulai dari memperkanlkan diri, saling bertukar pengalaman, bersenda gurau, hingga makan bersama. Setelah kegiatan berakhir, Fira mendapatkan sekotak susu cokelat dari temannya.

“Fira, ini susu untukmu dari abang kelas,” ungkap Faiz, teman sebangkunya.

Sontak Fira heran dan bertanya.

“Siapa namanya?”

Namun temannya tidak mau memberi tahunya karena ia sudah ada janji untuk merahasiakannya.

Sesampainya di asrama Fira langsung meceritakan kepada teman sekamarnya, Tasya.

“Sya, kamu tahu tidak, aku tadi diberisusu, lho!” ujar Fira dengan malu-malu.

“Cieee…, dari siapa,tuh?”Tasya menggodanya.

“Engga tau sya, teman aku bilang dia udah janji untuk merahasiakan identitasnya.”

Tak lama kemudian Anggi yang baru saja keluar dari kamar mandi menyambung pembicaraan kami,

“Wah, mungkin dia salah satu abang yang berkenalan dengan kamu tadi.Pasti dia suka sama temanku yang cantik satu ini, deh!”

Seketika pipi Fira menjadi merah.Tasya dan Anggi pun tertawa melihat Fira yang tersenyum malu.

Keesokan harinya di sekolah, Fira mendapatkan sebotol minuman segar di atas mejanya. Di bawah botol tersebut terdapat kertas kecil yang bertuliskan: “Semangat untuk hari ini!”

Fira tersenyum kecil membaca surat tersebut dan tak sadar Faiz memerhatikannya, “Ciee, dapat kiriman lagi, ya!”

Fira langsung menatapnya dengan tajam dan memaksanya untuk memberi tahu siapa identitas orang tersebut. Tidak tahan dengan rayuan Fira, akhirnya Faiz pun memberi tahu orang yang memberinya minuman,
“Namanya Bang Randi, dia salah satu orang yang berkenalan denganmu kemarin. Dia juga mengatakan bahwa kalau dia itu suka padamu.”

Ternyata dugaan Anggi benar.Fira pun berusaha mengingat abang kelas yang bernama Randi. Tetapi ia tidak bisa mengingatnya karena cukup banyak orang yang berkenalan dengannya.

Memang sejak memengaruhi pikiran.Yang kadang hanya bualan. Sebotol air minum dan surat kecil dibawahnya semakin membuat Fira penasaran. Di sepanjang perjalanannya menuju asrama, hatinya terus bertanya-tanya.

“Yang manakah Bang Randi itu?Apakah yang tadi rambutnya melambai-lambai tertiup angin?Atau yang sepatunya terlihat sudah menua dan keriput?Atau bahkan yang dasinya mendaki ke atas pundaknya? Ah, lupakan. Tetapi apa alasan dia memberi minuman ini? Apakah pria di sini terlalu peka akan wanita yang sedang kehausan? Atau memang karena sebuah perasaan?”

Hampir setiap hari Fira mendapatkan kiriman berupa minuman dari orang yang belum dikenalnya. Hingga pada suatu hari, Fira sedang duduk di depan kelas bersama Faiz.

“Nah, itu dia yang bertubuh pendek.”Faiz berteriak dan membuat Fira terkejut.Untung saja Bang Randi tidak mendengarnya.

“Oh… itu toh yang namanya Bang Randi.Memang,sih waktu kami berkenalan dia melihatku dengan pandangan yang berbeda dari yang lainnya.Kupikir Bang Randi yang orangnya tinggi dan berbadan gagah itu.” ujar Fira.Memang kesal dengan permainan yang menggunakan perasaan.Kadang tak sesuai dengan harapan.

Minggu depan adalah hari kemerdekaan. Hari dimana para siswa juga mendapatkan kebebasan.Bebas dari kegiatan yang berhubungan dengan materi pembelajaran.Bebas mengikuti segala permainan yang diperlombakan. Lagi-lagi Fira mendapatkan sekotak susu seperti biasanya. Namun, kali ini beda kurir. Bukan Faiz teman sebangku Fira, melainkan Dito si cowokjutek di kelasnya.Saat Fira belum sempat berkata-kata, Dito dengan ketusnya mengatakan.

“Kalau mau tahu orangnya lihat saja komandan upacara minggu depan.”

Sebenarnya Dito adalah orang yang baik.Hanya saja dia orangnya terlalu jutek.

Hari yang dinantikan Fira pun tiba. Rasa penasaran yang menghantuinya sepekan ini akan terbalaskan. Ternyata orang yang memberinya sekotak susu minggu lalu adalah seorang pemimpin di salah satu asrama sekolahnya. Selama upacara berlangsung Fira selalu menatapnya. Namun, bukan berarti ia sudah menaruh rasa kepadanya. Hanya saja ia tidak menyangka orang yang menyukainya adalah salah satu pimpinan di asramanya. Dan, katanya Bang Riko juga salah satu siswa berprestasi di sekolahnya.

Kini pemberian yang kedua tak lagi melalui perantara. Bang Riko memberanikan diri untuk memberi sebotol minuman kepada Fira secara langsung. Ia mendatangi kelas Fira dan menyuruh Dito untuk memanggilnya. Awalnya Fira menolak tetapi bujuk rayu seorang Dito yang jutek bisa mengalahkan penolakannya.Pada akhirnya, Fira menemui Bang riko yang sudah menunggu di tangga kelasnya.

“Fira ini minuman buat kamu, kata Dito hari ini ada ulangan, ya?Semangat ya!” ujar Bang Riko dengan halusnya.
Fira hanya bisa menunduk dan tersipu malu.Setelah pemberiannya sudah diterimaBang Riko pun pergi meninggalkannya, sedangkan Fira berlari memasuki kelasnya.Hatinya berdebar.Ia belum pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya. Teman sekelas Fira bingung, kecuali Dito yang tertawa terbahak-bahak melihatnya berlari seperti di kejar setan.

Banyak sudah cerita yang didengar Bang Riko tentang Fira selama beberapa bulan terakhir, tentunya dari Dito si cowok jutek.Dialah yang menjadi tangan kanan Bang Riko untuk mencari tahu semua tentang Fira.Dia jugalah yang menceritakan keseriusan Bang Riko dengan Fira.

“Kamu tahu tidaksih, Fir? Bang Riko itu suka bangetsamakamu. Dia selalu cari tahu tentang kamu.Seperti hobi kamu, makanan dan minuman kesukaan kamu.Pokoknya segala tentang kamu,deh.Dia juga suka curhat tuh dan yang diceritakan pasti tentang kamu.Bosan aku dengarnya. Perlu kamu tahu jugadia beda dari abang-abang lain yang dekatan kamu sebelumnya. Mereka sepertinya hanya bercanda saja.Buktinya mereka belum pernah ada yang berani menemuidan bicara langsung dengan kamu.Beda dengan Bang Riko yang tulus dan sayang dengan kamu.Dia orangnya baik, tegas, bertanggung jawab, pemberani, peduli, tak pelit, dan humoris juga.Jadi, kamu terima Bang Riko, ya! Pasti tak bakal menyesal, deh!”

Keadaan bisa mengubah perasaan.Semenjak menjadi tangan kanannya Bang Riko, Dio menjadi lebih akrab dengan Fira.Jutek kini berubah menjadi cerewet.Tak jarang mereka bercanda dan tertawa bersama. Saling meledek tentang kehidupan di asrama, tentunya juga saling mendukung untuk kemajuan di masa depan.

“Iya, aku tahu kokkalau Bang Riko itu orangnya baik sekali.Dan, yang paling kusuka sifat humorisnya bisa membuatku tersenyum dikala aku mengingatnya.Kalau boleh jujur, aku juga sudah ada rasa sayang dengannya.Tetapi aku berharap dia hanya menganggapku sebagai adiknya.Seperti aku yang menganggapnya sebagai abangku sendiri.Aku tidak mau berhubungan sebagai pasangan karena nantinya hubungan itu bisa putus tidak dengan hubungan sebagai saudara bukan?Jadi, aku harap kamu bisa mengerti, deh.Hehehe….” jawab Fira.
Hari senin yang terik, ketika jam istirahat Bang Riko mengunjungi Fira di kelasnya.

“Fira, seperti yang kamu tahu, saat pertama melihat kamu, timbul rasa suka.Dan, rasa suka itu kini berubah menjadi rasa sayang. Kamu….”

Belum menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba salah satu guru Fira yang sedang mengajar di kelasnya datang.Seketika perasaan grogi berubah menjadi rasa takut.Tangan Fira bergemetar.Tubuhnya berkeringat dingin.Tetapi, Fira tetap berusaha tenang karena dia memang tidak bersalah.Fira hanya bisa pasrah.Dan, pada akhirnya Bang Riko berhasil menangani permasalahan ini.

Semenjak kedekatannya dengan Bang Riko, tatapan sinis senior mulai mengahantuinya.Sindiran-sindiran kecil mulai terdengar di telinganya.Kadang sedikit celah dijadikan bahan cemoohan. Mulai dari Bang Riko yang sering datang ke kelas Fira, menceritakan tentang keistimewaan Fira dengan teman-temannya dan juga tak jarang memerhatikan Fira di depan umum.

“Fira keren juga kamu, ya bisa-bisa menggambil hati seorang pimpinan asrama!” gumam salah satu temannya.
Fira hanya membalasnya dengan senyuman kecil.Memang dalam hal ini, hitam setitik dipandang diatas putih yang mengambang.Padahal bukan Fira yang menginginkan ini semua.Ia tak pernah mengharapkan pemberian dari senior-seniornya. Ia hanya menerima pemberian dari senior untuk menghargai dan menghormatinya.

Terkadang perlu rasa sedikit pura-pura bahagia.Supaya semuanya tampak baik-baik saja.Namun, Fira tak bisa menahannya terlalu lama.Ia pun memutuskan untuk menjauhi Bang Riko dari kehidupannya. Ia mengacuhkan dan tidak menghiraukannya. Tetapi sudah banyak kenangan yang dilalui bersama, sehingga sulit baginya untuk melupakan.Terlebih lagi Bang Riko yang selalu berusaha mendekatinya.

Libur telah tiba.Asrama tampak sepi tak seperti biasanya.Para penghuni sudah balik ke asalnya, pergi menemui keluarga tercinta.

“Ping…!”terdengar bunyi pesan.

Lalu Fira mengambil ponselnya yang terletak tak jauh didekatnya.Ia mendapatkan pesan dari nomor yang tidak dikenalnya.

“Nomor siapa ini, ya?Hmmm….Apa mungkin Bang Riko?” curiganya dalam hati.

Ternyata benar pesan itu dari Bang Riko. Fira tidak menyangka kalau Bang Riko akan mencari tahu tentangnya sampai sejauh ini. Semua akun medsosnya Bang Riko mengetahuinya.

Setengah semester sudah berlalu.Tiada hari libur yang terlewatkan dari pesan Bang Riko.Sifat Humorisnya semakin terlihat.Hampir setiap leluconnya berhasil membuat Fira tertawa terbahak-bahak.Suaranya yang bagus tentunya juga disenandungkan untuk menghibur Fira. Bang Riko juga tak lupa untuk berbagi pengalaman dan ilmunya selama dua tahun lebih belajar di sana.

Disaat Fira sedang menunggu pesan dari Bang Riko, tidak lama kemudian terdengar bunyi pesan.Namun, pesan itu bukanlah dari Bang Riko.Lagi-lagi pesan dari nomor yang tak dikenalnya.Tetapi, Fira mengenal foto profilnya. Ternyata itu adalah salah anggota dari tim 15 yang memberi pengarahan dan pembelajaran ketika masa PLS generasi Fira. Namanya Bang Iqbal.Dia adalah orang yang bijaksana, berwibawa, bertubuh tinggi,dangagah perkasa.Dia juga merupakan ketua di generasinya.Banyak wanita yang mengidolakannya, tak terkecuali Fira.Menurutnya Bang Iqbal berbeda dengan teman-temannya.Tidak seperti yang lainnya suka berbicara yang tidak jelas. Bang Iqbal lebih memilih diam jika tak ada pengarahan penting yang harus disampaikan. Itulah yang membuat Fira kagum dengannya.Pesan itu membuat jantungnya berdegup kencang.Perasaan Fira seperti sedang memakan gado-gado yang campur-aduk berisikan rasa kaget, senang, dan juga grogi. Tetapi,ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak baper duluan. Mungkin ada hal penting yang ingin ditanyakan atau disampaikan olehnya.

“Assalamualaikum Fira, ini Bang Iqbal. Abang mau tanya, tadi di sekolah teman-temanmu ada yang dihukum karena kegiatan pemilihan bujang dara kita, ya?”

Pesan itu hanya berisi pertanyaan tentang kejadian di sekolah tadi.Walaupun curiga Bang Iqbal yang hanya modus denganbertanya masalah tadi kepadanya.Fira tetap berusaha untuk memendam rasa curiga itu dan berpikir kalau ini murni dia hanya ingin tahu kejadian yang sebenarnya.

Semenjak kejadian kemarin, kini Fira mendapat dan membalas pesan dua sekaligus dari Abang kelasnya, Bang Riko dan Bang Iqbal.Keduanya seakan-akan berlomba untuk mendekatinya.Fira menceritakan tentang kekaguman dan semua pesannya dengan Bang Iqbal kepada Bang Riko. Dia tahu pasti Bang Riko akan merasa cemburu. Tetapi, karena Fira hanya mengganggapnya sebagai abang saja.Ia tidak memikirkan hal tersebut. Dibalik itu, Bang Iqbal juga mengetahui kedekatan Fira dan Bang Riko.Bukan hanya itu, ternyata Bang Iqbal juga sudah mencari tahu tentang Fira semenjak melihatnya.Dan, yang paling mengejutkan ternyata Bang Iqbal juga sudah menaruh rasa kepadanya.Namun, berbeda dengan Bang Riko yang selalu mendekati Fira, Bang Iqbal lebih memilih memendam rasanya hingga menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.Ia tidak berani untuk mendekati Fira karena menurutnya Fira adalah wanita yang sangat pendiam. Tetapi, semenjak sahabatnya bisa dekat dengan Fira, ia berpikir.

“Kenapa aku tak bisa?”

Iya, Bang Riko dan Bang Iqbal adalah sahabat sejak SMP.Hampir enam tahun lamanya mereka bersama.Mereka sering nongkrong, makan, dan nonton bareng.Bahkan tak jarang Bang Iqbal menginap di rumah Bang Riko.Saling berbagi, menjaga, dan menguatkan sesama. Mereka banyak menyukai hal yang sama hingga wanita yang mereka taksir sekarang ini pun sama.

Malam demi malam tak terlewati dari bunyi pesan.Kini Fira semakin dekat dengan Bang Iqbal.Namun, perasaan Fira kali ini berbeda dengan perasaanya kepada abang-abang lain yang mendekatinya.Fira selalu tersenyum ketika mendapat pesan dari Bang Iqbal. Tengah malam yang sunyi, iapun masih mendapatkan pesan dari Bang Iqbal.

“Fira, Abang mau mengatakan sesuatu.Tetapi Abang ragu!”

“ Buat apa berkata? Sekadar mengucap fakta pun tak kuasa.Tetapi, itulah realitasnya. Ah, mau dikata apa?”
“ Sulit jadinya. Tetapi, ya sudahlah.Malam ini bukan waktunya.Waktu tak kenal nama mungkin jawabannya. Dan, satu kata yang jadi landasannya.Ya, semoga!”

“Maksudnya?”

Malam itu adalah malam yang mebingungkan bagi Fira.Sebuah Pernyataan gantung yang membuatnya penasaran.Kadang sebuah statement tidak bisa dijadikan landasan.Entah pemanis ketika fakta belum berbicara atau bahkan sebuah entitas yang tidak ada artinya.

“Serius ,dong Bang!” bentak Fira.

“Baiklah, ketika serius sudah diucap maka idealis menjadi tertancap.Sebenarnya Abang suka sama kamu semenjak awal kita bertemu.”

“Ini benar, Bang Iqbal ?”

“Ya…Saya tetap saya.Ini saya, kemarin pun saya.Perasaan saya tetap sama. Bahkan terus sama sampai waktu yang kuasa menjawabnya.”

“Lantas kenapa baru hari ini?Kemana saja selama ini bersembunyi?”
“Bukan bersembunyi, tetapi agar semesta tak membenci dan para insan dapat tersemangati.Menjalani hari-hari yang mungkin tak sesuai ekspetasi.”

“Ah, tidak mungkin!” ketus Fira.

“Sulit membuat Anda percaya.Bahkan privasi terbesar pun sudah saya berikan kepada Anda.Bukti jika serius memang sulit dibuktikan lewat kata tetapi mungkin media bisa menjelaskannya.Bukan berharap lebih tetapi itulah manusia.Diskusi berujung eksekusi.Bukan menyalahkan realitas yang terjadi.”
“Hmmm, tetapi…!”

“Tetapi mungkin Ilahi belum menyepakati.Cukup simpan di lubuk terdalam sampai ia pantas dikeluarkan. Abang menyatakan ini hanya untuk membuat hati lega. Kalau kamu belum bisa jawab sekarang, tidak apa. Abang tahu kamu lagi dekat sama Riko. Mungkin saat ini kamu sangat bimbang.Karena ketika ada dua pilihan pasti ada yang tersisihkan.Tetapi jangan sampai saling melupakan, apalagi saling maki-makian.Tidak benar!”potong Bang Iqbal.
Fira begitu tidak menyangka.Orang yang selama ini dikaguminya, ternyata juga kagum padanya.Ia tak tahu harus berkata apa. Ia hanya membalas dengan stiker bertulisan: “Iya,” yang tersedia di fitur-nya.
“Cuitan kata hanya dibalas dengan stiker semata, jadi banyak persepsinya.Entah tidak atau suka.Atau bahkan mengada-ada.Dan ekspresi pun tak bisa disalurkan lewat kata.Kadang iya berarti tidak selamanya,” ketus Bang Iqbal.

Malam yang sunyi.Langit dipenuhi oleh bintang-bintang yang gemerlapan. Malam dimana Fira dan Bang Iqbal berjanji untuk saling menjaga hati, saling terbuka satu sama lain, dan saling menyatakan perasaan tanpa ada rasa segan ataupun sungkan.

Tak terasa hari libur telah berakhir.Fira kembali sekolah seperti biasanya.Mengerjakan banyak tugas yang sudah menantinya.Namun, Fira merasa sepi seperti ada yang kurang dan menghilang.Sosok pria yang biasa menganggunya, kini tak terlihat batang hidungnya.Tak lagi terdengar canda tawanya, suara merdunya, dan bujuk rayunya.Ia benar-benar merasa kehilangan. Walaupun sudah ada Bang Iqbal yang siap menemaninya, Fira masih saja memikirkan Bang Riko yang tiba-tiba menghilang seperti ditelan bumi.Bang Iqbal memang berbeda dengan Bang Riko.Ia hanya bisa menemani Fira melalui media sedangkan Bang Riko akan mencoba segala cara untuk menghibur Fira secara langsung.

Bulan depan adalah waktu perpisahan. Namun, Bang Riko tak kunjung menemui Fira.Ia berpikir mungkin Bang Riko sengaja menjauhinya karena sudah tahu tentang kedekatannya dengan Bang Iqbal. Fira berusaha mencari tahu kebenarannya dengan bertanya kepada Dito.Namun, ternyata Dito juga tidak tahu.Ia mengaku bahwa beberapa hari ini tidak ada berkomunikasi dengan Bang Riko. Padahal di hari perpisahan yang akan mendatang Bang Riko berjanji akan mengajak Fira untuk makan dan foto bersama sebagai kenang-kenangan nantinya.Jangankan berfoto, bertegur sapa pun sekarang menjadi mustahil.

Hari perpisahan yang tak dinatikan pun tiba.Terlihat banyak kakak memanfaatkan sisa waktu yang singkat ini untuk berfoto bersama teman-temannya.Tak sedikit juga yang saling bersenda gurau bersama.Fira hanya bisa menyaksikan dengan duduk menyendiri dipojok ruangan.Tiba-tiba lamunannya dikejutkan oleh suara yang memanggil namanya.Ternyata Bang Iqbal-lah pelakunya.Ia menghampiri dan duduk di sebelah Fira. Mereka berbincang sedekat angan.Sambil bercanda dengan sedikit perasaan tanpa memikirkan orang di depan.

“Jadi sekali lagi, hati-hati jaga hati!Jangan sampai patah apalagi berpindah. Karena jarak akan memisahkan. Hanya ini cara supaya tak cepat tergoyah. Ingin memaki, tetapi itu kuasa Ilahi.Bukan kuasa kita, tetapi usaha kita bersama.Semoga tidak ada yang pulang, apalagi saling membelakangi.Tatap ke depan dengan saling percaya bahwa aku dan kamu akan menjadi kita.”

Pesan yang penuh makna itu disampaikan oleh Bang Iqbal kepada Fira.Suasana seru berubah menjadi haru. Tak lama lagi jarak akan memisahkan keduanya. Hanya bisa berbincang melalui media tanpa menikmati senja bersama. Bang Iqbal akan melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas impiannya. Tentunya jarak menjadi tantangan.Rasa saling percaya harus diciptakan supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.Kadang memang sulit berjanji dengan waktu. Apalagi dengan masa depan. Antara takut memegang beban atau bahkan tidak percaya dengan sekadar anganan.

Tak beberapa lama setelah Fira meninggalkan ruangan tersebut, tiba-tiba ada yang menghentikan langkahnya dengan menepuk pundaknya.

“Fira, ini ada surat dari Bang Riko!”

“Eh, ternyata kamu Dito, bikin kagetsaja,” jawab Fira kesal dan menerima suratnya.

Diam-diam Fira membaca surat tersebut dibalik ruangan tadi.

“Kurasa aku baru sadar.Ada yang tidak ingin beranjak dari kata teman agar tidak ingin merasakan kehilangan.Tetapi di balik itu, entah sudah banyak berapa cerita yang disuguhkan dengan dusta, rela berbohong ,dan diam membisu. Seolah-olah sedang berperan agar cerita kali ini tidak menjadi ricuh.Sekarang yang dekat sudah terabaikan sedangkan yang jauh sedang dicoba untuk terikat.Entah rasa percaya modal apalagi yang harus diberikan kali ini.Entah kebebasan seperti apalagi yang harus disuguhkan kali ini.Di sini seolah-olah aku mendapatkan peran penting.Namun, nyatanya hanya sebagai perantara agar tidak ada yang hilang.Bagaimana bisa mempertahankan keduanya?Sedangkan kau sangat tidak ingin kehilangan yang satu.Bukannya akupun tidak bisa egois.Namun, karena tidak ingin kehilangan.Lebih baik aku mengalah bukan?”

Matanya berkaca-kaca.Entahapa yang terjadi padanya. Fira tak dapat membendung air matanya.Wajahnya memerah.Pipinya dibasahi oleh air mata.Tangannya gemetaran.Fira merasa bersalah karena telah bersikap egois dengan membiarkan dua orang sekaligus masuk ke dalam hidupnya.Walaupun sebenarnya Fira hanya tidak ingin membiarkan begitu saja orang yang sudah peduli dengannya. Namun, tanpa ia sadari karena sikapnya tersebut ada hati yang telah tersakiti.

Untuk pemuatan karya sastra (Puisi, Cerpen, Esai Kritik Resensi, Peristiwa Budaya dan tulisan sastra lainnya) silakan dikirim melalui surel: redaksi.tirastimes@gmail.com

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan