

Pembacaan atas “Kembalikan Aku Seperti Sebelum Mengenal Cinta”
Dalam kajian teori keilmuan antara aliran strukturalis dan kontruktivis memiliki kekuatan yang saling menyokong sekaligus memiliki ciri yang khas. Strukturalis merupakan suatu gerakan pemikiran filsafat yang mempunyai pokok pikiran bahwa semua masyarakat dan kebudayaan mempunyai suatu struktur yang sama dan tetap. Dengan bahasa sederhana strukturalis memiliki konsep kemapanan akan sebuah pola yang diikuti. Sedangkan konstruktivis mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Dengan bahasa sederhananya konstruktivis memerlukan perubahan pola baru dari sebuah kemapanan.
Karya Ikhlas
Buku yang berjudul “Kembalikan Aku Seperti Sebelum Mengenal Cinta” ditulis oleh Patahan Ranting. Kita simak salah satu narasi yang ditulis berupa:
Terima kasih Tuhan sudah hadirkan perpisahan karena-Mu
Aku belajar tentang bagaimana mengikhlaskan seseorang
Seperti pada penggalan kalimat di atas, penulis sedang belajar ikhlas. Demikian pula atas keseluruhan narasi dalam buku ini sebenar ditulis dengan ikhlas. Terlihat dari upaya penulis menghadirkan kata ikhlas berulang-ulang dan kalimat demi kalimat telah dirancang dengan rangkaian yang sebenar ikhlas ditulis. Mencurahkan segala kemampuannya untuk menghasilkan karya terbaiknya.
Ikhlas tak hadir pada hati yang memaksakannya
Ikhlas tak hadir pada hati yang terbiasa merasakan luka
Ikhlas hadir pada hati yang selalu dekat pada-Nya
Ikhlas itu mengalir
Ikhlas itu menerima takdir (h. 167).
Coba simak baris-baris 5 kalimat tersebut, kita seperti membaca barisan kalimat-kalimat yang sering kita sebut dengan quotes.
Quotes
Saat ini ada tren dalam format kepenulisan yang kita sebut dengan quotes (kata-kata bijak). Pergerakan positif itu makin meluas kala berbagai media sosial memberi ruang pada kita untuk menuangkan kata-kata bijak dari tokoh terkenal ataupun dari diri kita sendiri. Terkadang di status WA, facebook, Instagram, twitter dan lain-lain.
Ketika kita membaca quotes tersebut sepertinya kita mendapatkan intisari dari sebuah kebijakan yang ingin disampaikan. Bahkan banyak pembaca yang memilih membaca sebuah buku dengan mengambil intisarinya. Ketika mendapatkan dua buku karya Patahan Ranting yang berjudul “Seikhlas Awan Mencintai Hujan” dan “Kembalikan Aku Seperti Sebelum Mengenal Cinta”, saya sempat melihat konten yang ditulisnya, ini termasuk apa ya? Apakah puisi? Kumpulan quotes? Atau sebuah format kepenulisan baru yang belum saya ketahui.
Mungkinkah termasuk puisi liris? Puisi liris dapat diartikan sebagai puisi puisi yang digunakan untuk menungkapkan gagasan pribadi penyairnya atau aku lirik. Selanjutnya secara teori sastra, puisi liris dibedakan menjadi elegi, serenada, dan ode.
Daftar isi dalam buku ini sengaja tidak dibuat detil, namun keseluruhan isi dikelompokkan dalam 3 bagian, Mencintai, Titik Balik, dan Jika Kita Tak Pernah Kehilangan. Membaca halaman per halaman dari perwajahan buku memang menarik, karena pembaca dimanjakan pada intisari dari setiap narasi yang panjang ke dalam narasi sangat singkat melalui kalimat-kalimat intisari. Penulis terlihat jeli membidik sasaran pembaca dengan pola tersebut.
Tentang Aku, Kamu, dan Dia
Bait-bait puisi liris dari buku ini sepertinya ditulis dengan menggunakan permainan emosi. Emosi dari dalam interaksi antar individu yang cenderung hanya melibatkan urusan hati.
Namun pada satu titik pertanyaan apakah puisi itu ditulis hanya membincangkan aku, kamu, dan dia? Simak h. 42 dan secara keseluruhan mengulang-ulang kata “aku”, “kamu”, dan “dia”.
Aku hanya berharap,
Siapapun dia yang menjadi pilihanmu
Semoga lengannya lebih tabah
Dari lenganku untuk memelukmu,
Meski ikhlasnya tak akan pernah
Seluas ikhlasku untuk lepaskanmu
Pada bait-bait yang lain, penulis dengan energi terbaiknya merangkai kata “aku”, “kamu”, dan “dia” dalam setiap narasinya. Pola struktur kepenulisan seperti ini tentu hanya berhasil dilakukan oleh penulis yang memiliki imajinasi merangkai taut mentaut tiga komponen tersebut. Jalin menjalin tiga individu tersebut. Menulis seperti ini bukan hanya mengandalkan imajinasi semata, namun bekal asupan keilmuan tentunya harus dimiliki, seperti psikologi, sosiologi, dan ilmu lain yang diperoleh dari endapan dalam seni berinteraksi.
Puisi memiliki jalan yang luwes untuk masuk ke ruang-ruang perubahan. Ruang kemanusiaan, lingkungan, transendentalis, budaya, dan ruang-ruang lain yang lebih luas untuk dimasuki. Tidak ada yang salah ketika menuliskan puisi tentang aku, kamu, dan dia, namun energi kreatif penyair harus melompat levelnya untuk memasuki ruang-ruang yang universal tersebut.
Kembali ke judul tulisan ini “Merawat Strukturalis, Menuju Konstruktivis” inilah yang dimaksud. Alas strukturalis untuk membangun konstruktivis. Setelah memiliki kemapanan dalam struktur kepenulisan yang ditekuni, sebagai penulis kreatif, saya berkeyakinan akan terbangun karya-karya besar dengan tetap beridentitas seperti puisi liris ini dengan tema-tema yang lebih besar. Tema yang memiliki daya gugah selain tema “aku”, “kamu”, dan “dia”. Salam kreatif.
Bambang Kariyawan Ys., Sastrawan