

Kugeret waktu membuka lembaran kisah
Bertemankan debur air di bawah jembatan ini
Dari tiga lengkungnya ada getar-getar pilu
Merintih dari sela-sela batu merah setengah lingkarannya
Kupandang sorot patung seorang ibu
Mengajakku melihat kisah lalu
Akan aroma anyir darah yang masih terhidu
Gesekan tangis para ibu
yang menyaksikan sebuah dramaturgi
Tentang harga diri
Tentang marwah
Tentang aroma surgawi
Terbayang percakapan menggelora pada gulita malam
Pada sebuah pepohonan rimbun di depan api unggun yang menyala
Lelaki-lelaki malam berikatkan merah putih
Memegang bambu runcing, panah, tombak, golok, senapan balansa
Pekik takbir menggema pada pemilik jagat
dan menempel pada cahaya pusung yang lindap
Kalah atau menang hanya urusan pemberi hikmah
Bahagia atau sedih urusan memaknai rasa
Kala waktu memilih lelaki-lelaki malam
menemui ajal di ujung kokangan senapan
Perempuan-perempuan berhati rela menyaksikan darah suhada digenggam malaikat
Bersaksi akan keikhlasan melepas laki-laki beraroma surga
bermandikan cahaya di Batang Agam
Pada alirannya jasad-jasad tak bertuan telah berkelopak bunga
Dibasuhi bidadari-bidadari menuju keabadiannya
Kututup lembaran kisah ini
Dan kulihat patung itu tersenyum dan membentuk lengkung pelangi.
Pekanbaru, 2020
Untuk pemuatan karya sastra (Puisi, Cerpen, Pentigraf, Esai, Pantun, Kritik, Resensi, Peristiwa Budaya, dan tulisan sastra lainnya) silakan dikirim melalui surel:
redaksi.tirastimes@gmail.com