Puisi Erdogan di Azerbaijan Diprotes Iran karena Dianggap Mendorong Separatisme

46
Tulisan Terkait

Rempang: Husnu Abadi

Berita Lainnya

Loading

JAKARTA – TIRASTIMES ||  Kementerian Luar Negeri Iran memanggil duta besar Turki pada Jumat atas puisi yang dibacakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan selama kunjungan ke Azerbaijan.

Erdogan membacakan puisi Azeri-Iran tentang pembagian wilayah Azerbaijan antara Rusia dan Iran pada abad ke-19. Iran mengaku khawatir pernyataan dalam puisi tersebut dapat memicu kecenderungan separatis di antara minoritas Azeri Iran.

“Duta Besar Turki telah diberitahu bahwa era klaim teritorial dan kerajaan ekspansionis telah berakhir,” kata Kementerian Luar Negeri Iran di situs webnya, dikutip dari Reuters, 12 Desember 2020. “Iran tidak mengizinkan siapa pun untuk mencampuri integritas teritorialnya.”

Kantor berit Turki Anadolu melaporkan Duta Besar Derya Ors dipanggil oleh wakil menteri luar negeri Iran untuk menyampaikan protes dari Teheran, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Saeed Khatibzadeh.

Menurut kantor berita ISNA Iran, puisi yang dibacakan Erdogan adalah salah satu simbol separatis pan-Turkisme.

Dikatakan bahwa bait puisi tersebut menunjuk ke Aras (nama sungai yang mengalir antara Turki-Azerbaijan) dan mengeluh tentang jarak antara orang-orang yang berbicara bahasa Azeri di kedua sisi sungai.
“Mereka memisahkan Sungai Aras dan mengisinya dengan batu dan tongkat. Aku tak akan terpisahkan dari Kau. Mereka telah memisahkan kita secara paksa,” bunyi salah satu bait puisi yang dikutip Erdogan.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif sebelumnya menulis di Twitter, pernyataan Erdogan bisa memicu separatisme. “Presiden Erdogan tidak diberi tahu bahwa apa yang dia ucapkan dengan buruk di Baku bisa memicu pemisahan paksa daerah ibu pertiwi Iran,” kicau Zarif.
“TAK seorangpun dapat berbicara tentang Azerbaijan kami yang tercinta,” kata Zarif, mengacu pada wilayah barat laut Iran di mana banyak etnis Azeri tinggal.

Azeri berbicara dalam bahasa yang sangat mirip dengan Turki, tetapi sebagian besar menganut Islam Syiah, agama negara Iran. Wilayah Iran di Azerbaijan berbatasan dengan negara merdeka Azerbaijan, bekas Republik Soviet. Turki telah menjadi sekutu dekat Azerbaijan, membantunya memperoleh keuntungan teritorial utama melawan orang-orang Armenia dalam perang yang berakhir dengan gencatan senjata bulan lalu.

Kementerian luar negeri Turki juga memanggil duta besar Iran di Ankara dan memprotes klaim tentang Presiden Erdogan, lapor kantor berita milik negara Anadolu.

Erdogan menghadiri upacara parade kemenangan di ibu kota Azerbaijan, Baku, pada hari Kamis untuk menandai keberhasilan militer negara itu dalam membebaskan Nagorno-Karabakh dan wilayah yang berdekatan dari hampir 30 tahun pendudukan Armenia. (hs/tmp)

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan