Pujangga Mesir Ibnu Al-Farid: Catatan Shafwan Hadi Umry

125
Berita Lainnya

Loading

Penyair Mesir ini dijuluki sebagai penyair sufi terbesar sepanjang masa. Dia merupakan imam para pencinta dunia sufi di Mesir. Sebuah ilmu tasawuf yang sanggup menjalankan tindakan yang diperintahkan oleh ilmu itu sendiri. Penyair Ibnu al-Farid juga seorang penyair yang tenggelam dalam cinta. Ketuhanan dalam jenjang makrifat, hakikat keilahian dan melakukan pelatihan kerohanian dan ‘mujahadah’nya ke Allah.
Pada jenjang pertama di Mesir, ia merasakan adanya tunas pokok tarikat sufi dalam dirinya dan belum tertulis dalam kalbunya. Namun, pada jenjang/tingkat kedua, setelah beliau ke Mekah, dia telah menjadi sorang sufi yang telah sampai ke ujung perjalanan pada tingkat kemuliaan kepada Allah.
Jenjang kedua ini kita dapat membaca konteks alam kepenyairan Ibnu al-Farid yang bermuara pada cinta Ilahi berkelanjutan dari kalbu manusia. Penyair ini ketika menciptakan puisi dan syairnya bersandar pada kota-kota Mekah.

Masuk Masjid
Pada suatu hari ia salat Jumat yang kebetulan pada saat itu khatib sedang menyampaikan khotbahnya. Dia mendapati seorang dari jamaah itu menyanyi. Kemudian dia hendak menegur kesalahan itu secara rahasia (hubungan pribadi). Namun, setelah salat ditunaikan dan sekalian para jamaah telah meninggalkan masjid, penyanyi itu pula yang memanggilnya dan terus menynyaikan syair di bawah ini:
Ilahi
Penentu suatu pada hamba
Pencinta menyanyi
Punah perasaan terkena
Sebaik ibadah ucapan tasbih
Mereka yang melakukan
Juga yang saleh
Dengan dangan syair yang dinikmatinya inilah menyebabkan ia mulai melakukan tindakan kesufian.Pengaruh kesufian pada dirinya semakin bertambah dan sejak kecil bibit itu telah bersemayam dalam dirinya dan menjadi tanaman kesufian dalam sikap kepenyairannya.
Tokoh -tokoh yang muncul dalam zaman Ibnu al-Farid terdiri atas ulama, sastrawan, ahli fikih, dan kaum sufi. Tiap-tiap tokoh tersebut mempunyai kesan berpengaruh pada masyarakat Mesir. Misalnya ilmu, sastra, undang-undang, dan tasawuf. Pada situasi penyair berhadapan dengan sumber kekuatan masing-masing ilmu tadi dapat diurakan atas dua hal.
Pertama, dia dapat berhubungan dengan para tokoh tersebut. Kedua, dia mengalami kehidupan lingkungan yang diwarnai oleh corak pemikiran para tokoh tersebut.
Gambaran kemesraannya tentang tanah Mekah ditulis dalam puisinya:
Dari Arbu jauhkan
Bagaikan jauhku dari empat
Remaja
akal istirah yang sehat

Saat jauh watanku
Ria padang tandus
Sembuhkan sepi
Sunyiku pendingin kalbu

Kebiasan Ibnu al-Farid sering mengunjungi taman (Arbu: Mesir) dan mendatangi masjid . Pada waktu petang dia suka menikmati panorama keindahan Sungai Nil yang membiru, menyaksikan gemercik suara air yag mengalir ke dedaunan, ditiup semilir angin dan mendengar riak air memecah pantai.
Pada perkenalan pertama dengan penyair Ibnu al-Farid ini diturunkan tiga puisinya:
Teman ! Yang mencaciku
Karena aku pemuja Khaliq
Sepatutnya kau memuji-Nya… seperti aku
Kiranya kaudapat nikmati, keindahan
Indah yang kuhayati
(Al-Wujd)

Dalam limpahan
Kuingin nikmati
Terbentang cinta bersahaja
Dalam kesempitan
Au sungguh gemetar
Segala yang tak dapat kulihat
Kutangguh.
(Al-Qabd)

Karena cintaku pada-Nya
Kujual segala bahagiaku
Sesat dengan akalku
Memberi hidayah
Demikian sedikit informasi tentang penyair Ibnu al-Farid yang diceritakan bahwa beliau juga pengikut atau murid Bapak Puisi Arab Ibnu al-Faraby.

Oman, Media September 2023

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan