

Pagi hari pukul 06.00
di awal September tahun ini
Kumelangkah tidak seperti biasanya
Naik ke lantai empat gedung ini
Sekedar untuk memastikan foto-foto itu
Tetap berada di singgasananya
Ku elus-elus pigura itu
Dan dari bibirku kuberbisik
Allohummaghfirlahu
Allohummaghfirlahu
Agar foto-foto itu kembali tersenyum seperti sedia kala
Agar foto-foto itu terasa hidup dan menghidupkan
Foto-foto yang darinya kenangan dilahirkan
Foto-foto yang darinya perahu universitas ini terus berlayar
Ada tiga buah foto sederhana dan bersahaja
Tapi punya makna yang luar biasa
Saat-saat ketika disana-sini ditemukan keterbatasan
Saat-saat ketika negeri ini baru dibangunkan
Dengan perjalanan yang sangat terbata-bata
Selama 18 tahun yang luar biasa
1962 sampai 1980
Setiap masa ada tokohnya
Setiap tokoh ada masanya
Dari namamu, almukarrom, Kaharuddin Nasution
Kami pun tahu bahwa setiap orang tua mengharap anaknya sebagai
Pembawa kejayaan agama
Rahmatan lil alamin
Memuliakan penduduk seluruh anak negeri
Dari namamu, almukarrom, Arifin Ahmad
Engkaulah payung negeri
Pembawa kearifan
Penyebar kebijakan
Pembentuk haluan
Agar negeri ini terpuji dan penuh pujian hendaknya
Dari namamu, almukarrom, Subrantas Siswanto
Aku tahu maknanya, agar menjadi manusia penuh cinta kasih
dan melahirkan siswa anak muda sejati
Seperti juga sejumlah tokoh besar republik ini
Yang selama ini kita kenal
Sukarno, Suharto, Sudirman
Kita kenang semuanya sebagai penebar kebaikan
Kita kenang ke tiganya sebagai nakhoda negeri ini
yang memayungi universitas ini
yang mengarahkan laju pelayaran perahu ini
kalau boleh aku bertanya, dimanakah mereka
sekarang ini ?
mereka telah berpindah alam
berpindah rumah
rumah tanpa jendela
rumah tanpa ruang tamu
rumah tanpa lampu
tetapi kepergian mereka semuanya tidaklah sia-sia
janganlah kau kira mereka itu telah selesai
mereka tetap hidup
karena apa yang telah mereka baktikan
adalah mengemban sebagian tugas-tugas
Amirul Muslimin
Khalifatullah fir ardhi
Rahmatan lil alamin
Dengarlah
Dengarlah apa yang mereka pesankan dari alam sana
kepada mereka yang masih berlayar di alam sini
“ kenang-kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum usai, belum apa-apa” 1)
Terima kasih Indonesia,
Terima kasih tanah Melayu
Terima kasih negeri Riau tercinta
Terima kasih juga padamu, almukarrom
Dari ruang hati di sebelah kanan dan terdalam
cinta kami padamu
tak lah akan lekang
agar segala kebaikan
agar segala kebijakan
agar segala keteduhan
yang pernah tercatat dalam buku harian amal shaleh
akan kusebar ke enam belas penjuru angin
agar anak cucu kami tak akan lupa
bahwa kebaikan itu harus dirawat
bahwa amal shaleh itu harus diruwat
setiap masa punya tokohnya
setiap tokoh punya masanya
Pekanbaru
4 September 2023
Milad UIR 1962-2023
1) Penggalan dari puisi Krawang Bekasi, Chairil Anwar
2) Gubernur Riau Kaharuddin Nasution (1962-1966), Arifin Ahmad (1966-1978), Subrantas Siswanto (1978-1980), adalah yang juga menjabat Ketua Presidium UIR.
HUSNU ABADI adalah dosen pada FH UIR sejak 1985, pernah menjabat Dekan FH UIR dan Warek III UIR, seorang penerima Z. Asikin Kusumaatmaja Award (PPBHI, 2014); Sastrawan Budayawan Sagang (2015); Ma’rifat Mardjani Award (APHTN Riau 2022). Buku terkini: Lautan Taj Mahal (2021), dan Leksikon Sastra Riau (2010). Lulusan UIR (S.H., 1985), Unpad (M.Hum., 1996), Ph.D. (UUM Malaysia, 2013). Kini: Associated . Professor pada Fakultas Hukum UIR.
File: sajak-sajak/rupa-rupa/sastra/