Tiras Guru : Yang Kuat yang Bertahan – Ewida Yunirita, M.Pd.

218

Pengasuh : Bambang Kariyawan Ys

Yang Kuat yang Bertahan

Ewida Yunirita, M.Pd.
Kabid Keuangan Direktorat YPC Riau

Kita melihat di seluruh dunia ada 4.000 toko fashion terkemuka Zara harus ditutup. Produsen tas bermerek seperti Hermes dan CocoChanel harus menghentikan produksinya. Yang paling dekat adalah pasar tanah abang yang terkenal dengan pasar grosirnya pun dipaksa tutup. Dan banyak lagi tempat-tempat usaha seperti agen travel, restoran dan tempat hiburan harus menutup gerainya. Begitupun dengan sekolah, terutama sekolah swasta. Disaat sekolah harus tutup untuk menghambat penyebaran virus, geliat ekonomi diseputar sekolah pun meredup. Guru-guru yang mendapatkan penghasilan dari uang sekolah akan beralih profesi sementara menjadi penjual gorengan, kantin dan penjual gorengan di sekitar sekolah harus pindah ke tempat lain. Maka diperlukan kreativitas untuk bersaing dan bertahan hidup. Bersyukurlah jika industri, tempat usaha dan sekolah yang masih bisa menggaji pegawainya tanpa mengurangi benefit sedikitpun

Revolusi industri 4.0 dan pandemi covid-19 mempunyai andil besar dalam perubahan zaman.  Oleh karena itu cara pandang dan perilaku belajar pun berubah. Musibah yang terjadi seperti memberi pesan bahwa untuk menyelesaikan persoalan akibat covid-19 yang berdampak kepada perekonomian,pendidikan, sosial dan kesehatan, membuat orang-orang/organisasai atau kelompok adalah harus memiliki Herd immunity, istilah dalam dunia kedokteran, dimana orang akan memiliki kekebalan tubuh jika telah lolos dari virus, atau dengan kata lain yang kuatlah yang bertahan.

Ketika masuk kepada zona hidup dengan tatanan baru (new normal), dalam dunia pendidikan harus mampu berbenah dalam keadaan yang tidak menentu dengan menemukan cara baru dalam belajar.  Hal ini selaras 4 pilar pendidikan yang disusun oleh UNESCO yaitu: Learning to Know (belajar untuk mengetahui), Learning to Do (belajar untuk melakukan sesuatu), Learning to Be (belajar untuk menjadi sesuatu), dan Learning to Live Together (belajar untuk hidup bersama). Adapun cara mempertahankan eksistensi organisasi dalam perubahan adalah optimalkan literasi data dan informasi.  Literasi, berasal dari kata Literatus yang artinya kemampuan membaca , menganalisis dan membuat konklusi berfikir berdasarkan data yang ada. Data menjadi sangat penting untuk dimaknai, digunakan sebagai pedoman untuk melakukan sesuatu agar lebih baik dan efisien. Dengan kemampuan literasi, dunia pendidikan dapat menyesuaikan diri disetiap adanya perubahan, kita memiliki daya tahan untuk bertahan dan beradaptasi.

Selain itu, pada kemampuan  dalam bertahan harus  memiliki kriteria – kriteria sebagai berikut: 1) Dampak pada tempat kerja; 2) Kepemimpinan; 3) Potensi pelanggan; 4) Perubahan suplay; 5) Pola transaksi; dan 6) Lingkungan.

Diatara 6 kriteria tersebut yang paling penting adalah diperlukan kepiawaian kepemimpinan dalam berinovasi pada masa-masa sulit ini. Rencana Kegiatan dan Anggaran harus direvisi menyesuaikan dengan pendapatan, mengalihkan kegiatan belajar diluar ruangan menjadi pemenuhan perangkat teknologi penunjang kegiatan PBM, dan yang paling penting adalah melatih kemampuan teknologi guru-guru untuk menyeimbangkan dengan metode pembelajaran terkini. Yang juga menjadi tren untuk menambah income sekolah adalah  dengan cara membuat kelompok usaha misalnya menjual air galon, menjual tanaman hidroponik, menerbitkan buku hasil karya guru dan siswa. Para orang tua juga harus dan sejalan dengan kebijakan sekolah dengan mulai merubah pola transaksi tunai menjadi non tunai. Agar sekolah dapat menjalankan fungsinya kembali, lingkungan harus menerapkan protokol covid supaya  kesehatan warga sekolah terjamin, seperti penyediaan sarana kebersihan dan kesehatan seperti penyediaan wastafel, handsanitizer, termometer tembak, mengurangi aktifitas berkerumun dan memaksimalkan penggunaan barang dengan ketentuan 1 siswa 1 peralatan dan tidak saling meminjam.

Mengikuti pembelajaran yang lebih modern dalam fase revolusi industri 4.0 menuju 5.0 dan pandemi covid-19. Dikutip dari tulisan Indra Charismiadji Pemerhati dan Praktisi Edukasi 4.0, Direktur Eksekutif CERDAS; Secara proses, sebenarnya model pembelajaran sudah diatur dalam Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses dengan prinsip sebagai berikut: Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu, dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar, dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat; Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Ada pun cara baru belajar yang lebih modern tersebut diantaranya adalah:

Berita Lainnya
  1. Belajar jarak jauh
  2. Belajar dalam jaringan
  3. Promosi secara digital

Belajar jarak jauh

Belajar jarak jauh sudah populer sekitar awal tahun 2000 atau dikenal dengan Sekolah Terbuka atau juga e-learning.Merupakan bentuk pendidikan yang mana terpisahnya antara guru dan siswa secara fisik selama pengajaran. Pada saat itu digunakan oleh siswa non reguler, para pekerja dan militer. Memanfaatkan sarana jaringan internet, pos/jasa ekspedisi untuk mengirimkan modul bahan ajar dan tugas-tugas yang diberikan. Komunikasi individu menjadi penting antara siswa dan guru/dosen. Mengubah tradisi pembelajaran tatap muka (konvensional) menjadi pembelajaran yang tidak mengharuskan untuk tatap muka antara guru dan siswa didalam satu ruang fisik kelas. Tak ada sekat ruang dan waktu. Kita dapat menggunakan ruang kelas atau dimana saja. Waktu tidak terlalu mengikat, tidak ada batasan akan bekerja antara pukul 8 sampai dengan pukul 12, kapan pun sesuai dengan komitmen atau kesepakatan bersama. Media yang digunakan seperti pos/ekspedisi, google class room, canvas, moodle, dan lain-lain. Untuk diskusi kelompok menggunakan milling list, blog, friendster,  facebook dan lain-lain.

Belajar dalam jaringan

Sama dengan Belajar jarak jauh, belajar dalam jaringan lebih fokus kepada pemanfaatan digital. Selaras dengan hal tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menghimbau dan  berupaya membangun kerja sama dengan berbagai pihak yang fokus mengembangkan sistem pendidikan daring. Diperkirakan dengan model pembelajaran daring saat ini, peserta didik yang menerima pembelajaran lebih santai, menyenangkan, fleksibel, efisien, singkat, praktis, cepat, tepat, aman, mudah, hemat waktu, hemat tenaga dan mempercepat ke arah revolusi industri 5.0.  Media komunikasi dan diskusi  yang digunakan lebih beragam seperti zoommeeting, webinar, schoology  dan lain-lain.

Promosi secara digital

Promosi digital adalah metode promosi suatu produk atau jasa menggunakan media digital.Dalam dunia bisnis, pemasaran memiliki peran yang cukup krusial. Strategi pemasaran yang tepat akan berpengaruh positif terhadap kemajuan bisnis itu sendiri. Salah satu metode pemasaran yang cukup gencar dilakukan adalah promosi secara digital  (digital marketing). Tak ketinggalan sekolah-sekolah sudah berlomba meninggalkan cara promosi konvensional ke cara digital. Media yang digunakan adalah Website, Media sosial (Facebook Ads, Instagram ads, Twitter, Google Adwords, dan sebagainya), Videotron, Endorsment, dan lain-lain

Beruntung, Yayasan Pendidikan Cendana sebagai sekolah swasta unggulan di Riau memiliki semua kriteria diatas dan telah menerbitkan protokol new normal jika sekolah dibuka kembali dengan sistim tatap muka dan menerbitkan protokol jika menerapkan sistim daring. Sehingga diharapkan mampu bertahan disegala keadaan.

Dengan mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib, yang menyebutkan bahwa “didiklah anakmu sesuai zamannya, sungguh mereka akan menghadapi  masa yang berbeda dengan masamu”. Hal ini bermakna bahwa setiap zaman akan ada keunikannya dan perubahannya. Selalu menjadi manusia pembelajar untuk mengikuti setiap zaman maka akan mampu bertahan disetiap perubahan.

Daftar Rujukan

  1. Indra Charismiadji Pemerhati dan Praktisi Edukasi 4.0, Direktur Eksekutif CERDAS (Center for Education Regulations & Development Analysis) dan Direktur Pendidikan VOX Populi Institute Indonesia. 
  2. Wijayanti (2012). Marketing Plan! Perlukah?
  3. Berg, G. A. & M. S. (2016). Distance Learning. In Encyclopædia Britannica. Retrieved from https://www.britannica.com/topic/distance-learning.

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan