Pelihara Amanah: Tausiyah Buya Mas’oed

KALAU DIPERCAYAI MAKA AMANAH LAH !.

Firman Allah SWT :

فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ

“Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklahia bertakwa kepada Allah Tuhannya.” (QS. Al-Baqarah: 283).

Amanah adalah konsep yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk agama, etika, dan kemasyarakatan. Berikut beberapa makna dan implementasi amanah:

Dalam Agama: Amanah dalam konteks agama sering kali merujuk pada tanggung jawab untuk menjalankan perintah dan larangan Allah SWT. Ini mencakup kewajiban untuk beribadah, berlaku adil, dan menjaga hak-hak orang lain.
Dalam Etika dan Moral: Amanah juga berarti kepercayaan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain untuk dikelola atau dijaga dengan baik. Ini bisa berupa barang, informasi, atau tanggung jawab tertentu. Menjaga amanah berarti bertanggung jawab penuh atas apa yang dipercayakan kepada kita.
Dalam Kemasyarakatan: Dalam konteks sosial dan kemasyarakatan, amanah bisa berarti komitmen untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan integritas dan profesionalisme. Ini mencakup berbagai bidang seperti pekerjaan, kepemimpinan, dan hubungan interpersonal.
Menjaga amanah bukan hanya tentang memenuhi kewajiban, tetapi juga tentang membangun kepercayaan dan kredibilitas.

Ketika seseorang menjalankan amanah dengan baik, dan JUJUR, mereka menunjukkan bahwa mereka bisa dipercaya dan diandalkan, yang sangat penting dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis dalam masyarakat.

1. ORANG JUJUR TEMAN TERBAIK.

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Dan siapa saja yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang Allah berikan kenikmatan kepada mereka dari kalangan nabi-nabi, para shiddiiqiin (orang-orang yang sangat jujur), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.“
(QS. An-Nisa’: 69).

2. Berikutnya firman Allah Subhanahu ….

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerima nya.” (QS. An-Nisa: 58).

Banyak manusia yang sibuk mencari dan meminta agar diberi amanah, jabatan, rezki dan tanggung jawab lainya, namun yang lebih banyak adalah yang melalaikan bahkan menyalah gunakan amanah yang diterimanya.

3. MAKA PELIHARA LAH AMANAH ITU DENGAN BAIK AGAR SELALU MENDAPAT KAN RAHMAT ALLAAH……!!!

“Ingatlah apapun yang diamanahkan kepada kita akan dipertanggung jawabkan di akherat nanti …!!!

4. WALAUPUN ANDA TIDAK SENANG PADANYA, TAPI TETAP BERLAKU ADIL.

كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا

“Hendaklah kamu
√ — menjadi orang-orang yang selalu menegak kan kebenaran karena Allah,
√ — menjadi saksi dengan adil.
√ — Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil.”
(QS. Al Ma’idah: 8).

5. SEMUA HARUS DIPERLAKUKAN ADIL

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangi mu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
(QS. Al-Mumtahanah: 8).

PEKERJA TERBAIK YANG AMANAH

إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ

“Sesungguhnya orang yang paling baik engkau ambil sebagai pekerja adalah orang yang kuat dan orang yang amanah, dapat dipercaya.”
(QS. Al-Qashash: 26).
6. ORANG ADIL AKAN MENDAPAT MIMBAR DARI CAHAYA.

إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا

“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di mata Allah berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, berada di sebelah kanan Ar-Rahman Azza wa Jalla. Yaitu mereka yang berbuat adil ketika menetapkan putusan hukum, dan adil terhadap pengikut dan rakyatnya.”
(HR. Muslim no.3406).

7. LAKUKAN SURUHAN TINGGALKAN LARANGAN.
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ.

“Apa saja yang aku larang, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah banyak bertanya dan menyelisihi perintah nabi-nabi mereka.” (HR. Al Bukhari no.7288, Imam Muslim no.1337).

8. JALAN MENUJU KESUKSESAN ADALAH MENJAGA AMANAH.

وَالَّذِيْنَ هُمْ لِاَمٰنٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ ۙ

“Dan sungguh beruntung orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.”
(QS. Al-Mu’minun: 8)

KEKUASAAN ITU ADALAH AMANAH.

وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا

“Kekuasaan itu adalah amanah, dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaantersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu.”
(HR. Muslim no. 1825).
9. HATI HATI AKAN DATANG BENCANA, KARENA HILANG SIFAT AMANAH.

أَوَّلُ مَا تَفْقَدُوْنَ مِنْ دِيْنِكُمُ اْلأَمَانَةَ وَ أَخِرُهُ الصَّلاَةَ

“Yang pertama hilang dari urusan agama kalian adalah AMANAH, dan yang terakhirnya adalah SHALAT.”
(Syeik Al-Albani, As-Silsilah Ash-Shahihah, 1739)

JANGAN KHIANATI YANG BERKHIANAT KEPADAMU.

أَذِّاْلأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

“Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu”

(Abu Dawud, 3535 dan At-Tirmidzi, 1264).

ADAB KETIKA MEMAKAN MAKANAN.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,

مَا عَابَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – طَعَامًا قَطُّ ، إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ ، وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

“Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela suatu makanan sekali pun dan seandainya beliau menyukainya maka beliau memakannya dan bila tidak menyukainya beliau meninggalkannya (tidak memakannya).”
(HR. Bukhari no. 5409)

Dari hadits Abu Juhaifah, ia berkata bahwa :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ;

أَمَّا أَنَا فَلاَ آكُلُ مُتَّكِئًا
“Adapun saya tidak suka makan sambil bersandar.” ….

(HR. Tirmidzi no. 1830 dan Ibnu Hibban no. 5240. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.)
Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa bersandar di sini sifatnya umum, tidak dikhususkan bentuk bersandar dengan sifat tertentu.

Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الْبَرَكَةَ تَنْزِلُ وَسَطَ الطَّعَامِ فَكُلُوا مِنْ حَافَتَيْهِ وَلاَ تَأْكُلُوا مِنْ وَسَطِهِ“

“Barakah itu turun di tengah-tengah makanan, maka mulailah makan dari pinggirnya dan jangan memulai dari tengahnya.”

(HR. Tirmidzi no. 1805 dan Ibnu Hibban no. 5245. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Mudah2an kita selalu HIJRAH dari upaya syetan, yang tak henti henti nya ;

1. membisikkan keraguan kepada manusia ketika melakukan kebaikan atau amal saleh ( waswasah ).
2. membungkus kemaksiatan dengan kenikmatan. Segala yang berbau maksiat biasanya terlihat indah ( tazyin ).
3. memperdaya manusia dengan khayalan dan angan-angan ( tamanni )
4. berusaha menanamkan permusuhan diantara manusia ( ‘adawah ).
5. menakut-nakuti ( takhwif ).
6. berusaha menghalang – halangi manusia menjalankan perintah Allah dengsn menggunakan berbagai hambatan, termasuk meninabobokkan sehingga lupa shalat tahajjud dan selalu telat shalat fardu ( saddun ).
7. janji palsu ( wa’dun ).
8. berusaha sekuat tenaga memasang sejumlah perangkap agar manusia terjebak ( kaidun ).

Wassalaam

Buya H. Mas’oed Abidin adalah ulama dan da’i, pernah jadi Ketua DDII Provinsi Sumbar dan Ketua Bidang Dakwah MUI Sumbar. Menulis 24 buku ke-Islaman dan adat budaya Minangkabau. Tinggal di Padang.

Comments (0)
Add Comment