ZAMAN KINI MENGEJA PIALA BERCAHAYA : Puisi Dienullah Rayes

11

ZAMAN KINI MENGEJA PIALA BERCAHAYA.

Dienullah Rayes

 

Insan ditakdirkan Maha Kendali umur terukur
Otakku matahari menjabar pikir
Hati bulanku mengukir kasa rasa.

Suatu ketika tubuhku dilindas roda petaka
Sakit dan penyakit mendera sekujur jasad
Lalu mengembus napas skarat
Tubuh debuku diletakkan di liang lahat sang kubur.

Ruhku keluar dari jasad yang batu bisu
Terbang ke angkasa raya
Gegas ruhku mengetuk pintu langitmu dan nganga terbuka
Ruh yang kasa iman
Di tempatkan pada wadah terindah bercahaya alam barzakh.

Meski hidup cuma sekali
Harus menanam pohon peradaban
Hingga nama bermakna
Kata-kata sejarah dalam kitab bumi yang berakar sabar
Sembari menatap atap langit yang kenduri Cahaya Ilahi.

Tulisan Terkait

Para sufi sekelompok insan senantiasa gaungkan Tuhan dan hakekat kedirian manusia.

Rumi Penyair dunia bicara dalam penggalan sajaknya melidahkan:
“Kami adalah kecapi yang menunggu untuk Kau petik
Saat Kau sentuh dawai,namaMu kami lantunkan.”

Aku dan kita miliki panca indera cahaya bulan purnama
Paling sempurna kalau disejajar dengan mahluk lain ciptaanNya.
Adalah testimoni Tuhan dalam firmannya.

Bulan-gemintang kelopak matanya terbuka
Mengerling alam semesta pun terang-benderang.

Rindu,cinta dan kasih sayang
Hidup di bawah pohon peradaban
Begitu sejuk dan damai
Bergetar darah di urat nadi jati diri manusia-kemanusiaan.

 

Pulau Sumbawa di bawah langit nusantara.
13 September 2025.

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan