Elok Jadi Mak Long Daripada Jadi Maling: Puisi Wahyu Mualli Bone

51

Halaman depan rumah banyak batang pinang ekor tupai.
Halaman samping rumah batang pinang layak tuai.
Halaman belakang rumah pula rumpun betung subur rebung.
Yang sudi singgah mari merapat. Tak macam masa budak-budak dulu lagi lah, tersenggol secebis lantas berkicau, awas lewat depan rumah kami.
Kicauan zaman tandun itu sudah diabadikan jadi Tabunggas alias taman bunga dan unggas.
Kalau macam emak-emak sesekali boleh berpanggung, kalau macam bapak-bapak beradu punggung sekali jangan.
Itu kata Mak Long, yang hari-hari memanjakan kicau, elok jadi Mak Long daripada jadi maling.
Macam tak nyambung kalau andai menyela tentang sabung ayam di halaman. Bapak ayam memang macam itu, mempertahankan kekuasaan rela bertarung, bukan disabung. Sedang mak ayam pun sesekali boleh bertarung demi keselamatan anak-anak yang belum lengkap bulu kepak.
Di sini tabunggas alias taman bunga dan unggas, tak bapak dan mak ayam saja yang adu taji dan catuk, jenis unggas lain pun sering bertarung dengan maksud yang sama bahkan ragam tanaman juga berebut lahan dengan gulma. Sudah hukum alamnya begitu.
Yang menyandang pikir jangan pula kikir dengan pura-pura fakir, nanti tersandung ukam cair.
Yang menyanding pikir jangan menyalah guna pisau ukir, nanti terhujam makam angin.
Ajak berunding, jangan menggunjing lengkap menuding. Ajab, saling banting.
Denting banting taji ayam lain cerita, sekisah elok jadi Mak Long daripada jadi maling walaupun jauh dari silang sanding penyunting.

Tulisan Terkait

Pekanbaru, 3 Juni 2024

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan