

PEKANBARU– Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Riau kembali menggaungkan sastra hijau sebagai bentuk sastra dalam upaya penyelamatan bumi. Hal tersebut diungkapkan oleh Nafi’ah al-Ma’rab selaku Kaderisasi Forum Lingkar Pena pada kegiatan bedah buku bertajuk Tijah dan Akasia pada 3 Agustus 2024 lalu di aula Balai Bahasa Provinsi Riau.
“Gerakan sastra hijau di Riau ini sudah kita mulai sejak tahun 2018 lalu, menulis untuk bumi terus kita gaungkan di Riau. Karena memang persoalan iklim dan lingkungan semakin serius hari ini,” katanya.
Sebagai bentuk komitmen FLP Riau mendorong gerakan menulis untuk bumi, dilakukan perbincangan buku bertajuk Akasia yang merupakan kumpulan cerpen tema lingkungan. Hadir sebagai narasumber pada kegiatan tersebut Wilda Srihastuty Handayani Piliang, Sri Handayani, dan Rio Rozalmi.
Tulisan bertema lingkungan dipandang sangat perlu untuk mengedukasi masyarakat di ranah penyadaran sikap melalui emosi dan pesan-pesan karya sastra. Tulisan-tersebut perlu digaungkan terus, bahkan perlu diterjemahkan ke bahasa asing.
“Karya-karya cerita pendek dengan tema lingkungan ini sangat bagus. Akan semakin bagus jika diterjemahkan dalam bahasa asing sehingga pesan-pesan lingkungannya lebih luas,” ungkap Wilda salah satu pembicara.
Forum Lingkar Pena Riau sendiri sebelumnya telah menuliskan sastra hijau dalam berbagai genre. Mulai dari cerpen, novel, puisi, hingga cerita anak. Gerakan ini awalnya dipicu dari kondisi Riau pada tahun 2018 dilanda bencana asap yang cukup parah. Para penulis Forum Lingkar Pena Riau berkumpul dan melakukan inisiasi penyelamatan lingkungan melalui karya sastra.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Bambang Kariyawan Ys selaku salah satu inisiator gerakan sastra hijau di Forum Lingkar Pena Riau.
“Pertama kali kita memunculkan gerakan ini dengan menerbitkan sebuah buku berjudul Riwayat Asap. Buku berupa kumpulan cerpen dan puisi. Dari situ kita tulis, terbitkan, dan kita bincangkan di forum-forum untuk mengkampanyekan isu lingkungan,” katanya.***