

apakah aku harus selalu
membayangkan piramid dengan firaun ?
Bolehkah aku membayangkannya dengan Aisyah, Yusuf, Musa atau tongkatnya
Atau laut merah yang berwarna biru
Atau sungai Nil yang tak pernah kering
Atau sekolah Al Azhar yang tua itu ?
Ah piramid
Bayang-bayang mu kini semakin jelas dan terang
Kubawa puisi dari tanah seberang
Kutulis ia
Kueja- eja juga
Ya namun yang terbaca olehku
Adalah tanah air mata juga
Bolehkah kubayangkan piramid itu
Adalah wajah penyair yang bebas dan mempesona ?
Yang melayang dari rimba Borneo
Bernyanyi dari nasib pilu hutan ulayat Riau
Berenang di parit- parit ibukota nan garang
Ah piramid
Ah firaun
Biarlah firaun mendengarnya
Mendengar suara perempuan menyapamu
dengan puisi
dengan petisi
dengan provokasi
Ternyata setiap firaun selalu ada masanya
Dan setiap masa selalu ada firaunnya
Perruas Mesir
1 November 2024
Pekanbaru – HA