Sikap Bosque Tak Beralasan: Cerpen Hendrizon Bin (Alm) Nashruddin Zakaria

64

“Bos kita yang baru katanya orangnya baik, tak pernah marah dan selalu menegur kepada bawahan,” ujar Kartika kepada teman kerjanya yang berstatus sama dengan dirinya sebagai bawahan bosnya yang baru.

Bos baru itu, baru saja dilantik sebagai Kepala Bidang (Kabid) di salah satu kantor pemerintahan sebuah Kabupaten. Bos baru itu bernama Rahman, namanya diambil dari nama salah satu Asmanul Husna (Nama-nama yang baik). Dilihat dari penampilan, Rahman memang sangat meyakinkan. Bajunya selalu rapi masuk kedalam. Rambutnya sungguh rapi luruh belah disamping. Sesekali tangannya selalu berada di kantong celana dan berdiri tegak seperti seorang mandor. Selain itu Rahman juga berkelulusan Magister atau S2. Dari riwayat pendidikan tak satu orang pun yang meragukannya.

“Ton bos kita yang baru sangat baik, tak seperti bos sebelumnya. Bos lama sedikit-sedikit carut marut yang keluar dari mulutnya. Hewan yang berkaki empat itu sudah menjadi teman kesehariannya karena selalu sering menyebutkan nama hewan itu,” ujar Dani kepada Anton berstatus sama sebagai sebagai seorang staf.

“Kau yakin itu, aku ni dah lama kerja di kantor ini. Semua bos disini semuanya sama saja. Kalau sudah dasarnya setan tetap saja setan hanya saja tubuhnya berbalut sebagai manusia. Aku tak yakin dengan omongan kau,” sahut Anton menjawab pertanyaan si Dani.

Hari pertama Rahman bekerja sebagai seorang Kabid, dia mulai merapikan meja dan kursi diruangannya. Semua berkas lama dimeja kerjanya dibuang dan dibakar begitu saja. Baginya semua berkas yang terdiri dari kertas-kertas lama diruangan itu adalah sampah belaka dan tak ada gunanya.

“Joko sini sebentar, semua kertas yang ada dimeja kerja ku ini tolong kau bersihkan dan bila perlu bakar saja, semuanya adalah sampah dan tak ada gunanya ini. Segera ya saya mau duduk disini dengan bersih dan rapi,” teriak Rahman memerintahkan Joko seorang petugas kebersihan di Kantornya.

Menurut riwayat pendidikan yang ditempuh Rahman, Ia tercatat sebagai alumni dari pendidikan SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi Agama dan Magister Universitas Keagamaan. Dari data yang diperoleh, Rahman adalah anak dari seorang pengusaha kaya-raya dari sebuah perusahaan timah. Ayahnya sangat ramah dan baik hati. Ayahnya tak berpendidikan tinggi tetapi memiliki pembantu yang baik sehingga segala usahanya dikelola oleh pembantunya tetapi atas nama ayahnya.

Sebuah keterangan yang di dapat dari orang dekat Rahman, bahwa si Rahman ini semasa mengecap di bangku pendidikan bukanlah orang yang pintar. Rahman di kenal baik hanya karena jejak dan pengaruh dari orang tuanya sebagai seorang pengusaha yang kaya raya dan terkenal. Ayahnya seorang Dermawan dan jika mengatasnamakan sumbangan untuk pendidikan anaknya maka sumbangan akan meluncur dalam jumlah yang besar.

Tempat pendidikan Rahman di tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi semuanya mengalami kesulitan ekonomi atau keuangan. Semua sekolah yang ditempuh oleh Rahman selalu saja menggantungkan sumber dananya dari sumbangan orang tua Rahman sang pengusaha timah tersebut. Maka tak heran walaupun si Rahman bukanlah orang yang pintar, tapi nilai akademiknya selalu saja sangat memuaskan.

Kini si Rahman sukses sebagai seorang Kabid. Rahman yang dikenal baik itu ternyata adalah sebuah muslihat busuk yang telah diatur oleh Rahman. Walaupun Rahman berasal dari keluarga yang kaya raya, tetapi soal keuangan Rahman juga bisa menjadi hantu kalau pun belum menjelma menjadi sesosok setan.

Ternyata sebelum menjadi seorang Kabid, Rahman sering berteman dengan preman-preman yang tak karuan perilakunya untuk melampiaskan hobi dan pergaulannya sehari-hari. Cerdiknya si Rahman itu, dia bisa menyembunyikan perilaku jahatnya dengan berpura-pura baik sehingga orang banyak akan beranggapan bahwa si Rahman sukses akibat kerjaya dan hasil usahanya sendiri.

Suatu hari, di tempat kantor Rahman bekerja, Anton sebagai seorang staf sekaligus bawahan si Rahman tak pulang ke rumah untuk beristirahat siang. Dia lebih memilih untuk beristirahat dikantor sambil rebahan tidur siang menjelang jam istirahat siang berakhir.
Sedang enak rebahan, perut Anton keroncongan berbunyi akibat kelaparan. Di waktu yang sama terdapat teman Anton bagian penyaluran logostik yang juga tak ikut pulang untuk istirahat siang, Syamsuri namanya. Syamsuri tak pulang bukan karena untuk menyelesaikan pekerjaan tetapi lebih untuk menginginkan upah atau gaji lebih dari teman-temannya.

Di bagian logistik ini terkenal dengan istilah “You Pay I Will, Kamu Bayar Kami Cairkan”. Si Anton yang tadinya kelaparan bangun dan terkejut saat melihat penyaluran sebuah logistik telah terjadi sebuah transaksi tak jelas dan merajalela antara konsumen dengan bagian penyaluran logistik sehinga tak satu pun orang bisa melihat transaksi tersebut.

Ternyata antara bagian logistik dengan Rahman selaku Kabid yang baru telah tercipta kerjasama yang konyol. Pelajaran matematika tentang pembagian pesen telah dipraktikkan disitu. Setiap sebuah transaksi dihargai dengan pembagian persen yang fantastis. Disitu pembagian untuk si Rahman ada. Maka wajar saja kalau selama ini hubungan dari bagian logistik dengan pak Kabid baru Rahman selalu baik-baik saja.

Melihat tindakan tersebut si Anton pun tak tinggal diam. Dia pun segera melakukan laporan ke bagian keuangan yang di tingkat Provinsi dan di tingkat pemerintah pusat. Kontak person dan laporan si Anton pun di gubris dengan baik. Terakhir si Rahman selaku Kabid yang baru dengan staf bagian logistik pun didatangi pihak berwajib dan ujung-ujungnya mereka harus berurusan dan bemalam di jerugi besi sampai bertahun-tahun. Rahman….Rahman, nama mu melangit tapi perilaku mu teramat hina.

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan