

Krisis telah menjadi punca kepedihan. Cuma orang-orang yang tak pernah takut akan berhasil menjadikan punca itu sebagai sayap untuk melecut (Salah Langkah, h. 1)
Identitas Novel
Membuka halaman pertama dari novel ini ada kalimat penegasan dari penulis “novel ini bukan kisah nyata, tetapi umumnya dari peristiwa nyata”. Kalimat ini memancing pembaca untuk menelusuri peristiwa nyata apa yang telah terjadi? Meski kita tau bahwa novel tetaplah fiksi. Namun dalam kajian imajinasi sejarah akan selalu beriringan kalimat berikut: dalam fiksi akan ada fakta, dan dalam fakta akan ada fiksi.
Novel ini mengambil setting era awal reformasi 1997 dan sesudahnya saat negeri kita sedang mengalami keguncangan dalam berbagai aspek. Keguncangan untuk mencari titik kehidupan yang kita harapkan lebih baik. Fase teror bom menjadi setting yang membingkai jalan cerita dalam novel ini.
Salah Langkah merupakan novel kelima karya Musa Ismail setelah Sumbang (2020), Demi Masa (2017), Lautan Rindu (2010), Tangisan Batang Pudu (2008, edisi revisi 2020). Novel ini memiliki identitas khusus yang membedakan dengan novel yang lain. Dari setiap pembuka dalam bab atau kisah yang berjumlah sebelas diawali dengan sari pati atau quotes dari bahasan cerita dari bab yang dikisahkan. Semisal pada kisah dua, terdapat sari pati yang dituliskan berupa “Hanya kitalah yang bisa mengubah diri sendiri”. Kalimat tersebut menggambar penjelasan tentang rumitnya periode krisis moneter yang berdampak ke ceruk-ceruk kampung. Tokoh Wak Leman yang terpuruk berusaha bangkit dari usaha nelayan ke usaha walet. Demikian pula pada bab atau kisah yang lain terdapat sari pati atau quotes yang memandu pembaca untuk memahami secara esensi dari setiap ceritanya.
Makna Setia
Bincang setia menjadi berarti kala dalam perjalanan interaksinya diberikan ujian berupa khianat. Novel ini dibalik mengusung peristiwa reformasi dan teror bom, terjalin kisah-kisah kehidupan umat manusia dalam memaknai setia. Kesetiaan Mak Limah pada Wak Leman tetap terjalin meski sempat ditinggalkan karena walet berhasil sehingga mencari perempuan lain sebagi pendamping. Kesetiaan anak pada orang tuanya. Kesetiaan aparat pada negaranya. Dengan menggunakan simbolik burung wallet (burung laying-layang) yang setia untuk terbang dan kembali.
Subuh-subuh hari lagi, burung laying-layang sudah melaut. Mereka meninggalkan rumah dan keluarganya. Seperti kita ini. Burung-burung itu mencari serpihan-serpihan gelombang yang beradu sehingga membentuk buih-buih putih di lautan. Mereka tak pernah penat, terus mengepak-ngepak melintasi beberapa pulau untuk mencari junjungan buih di tengah laut (h. 12).
Selain berbincang setia, Salah Langkah juga membentangkan makna kejujuran. Usaha walet telah dibangun Wak Leman telah mencapai fase kejayaan menjadi ambruk karena hilangnya kejujuran dalam membangun usaha ini. Ketika Wak Leman berlaku tidak jujur pada keluarganya dengan beralih kepada perempuan lain, maka sejak itu menjauhlah burung walet ke rumah beton yang telah dibangunnya dan menyebabkan bangkrut usaha Wak Leman. Ucapan kejujuran saat tak berpunya Wak Leman membalik kala beliau sendiri tidak setia dan berkhianat pada kejujuran yang pernah diucapkannya terdahulu.
Sekarang, kejujuran memang sudah beralih kepada binatang. Binatang tidak pernah bertopeng, bermuka dua, mendua hati. Mereka menjalani kehidupan apa adanya. Kebuasan, liar, keganasan, jinak, dan rakus merupakan kesahajaan hidup mereka sehari-hari. Mereka tak pernah merekayasanya menjadi kelembutan. Naluri yang mereka punya begitu teguh dibandingkan dengan hati dari sebagian manusia. Burung-burung itu akan lari bilamana tuannya berlaku tidak jujur. Mereka akan pindah ke lain tuan (h. 13).
Teror Bom
Dimulai dari kisah ketiga sampai kisah kesepuluh, sajian utamanya seputar ketegangan teror bom yang pernah terjadi di negeri kita, terkhusus saat bom Bali sebagai latar dan setting cerita. Mengapa meski terjadi teror? Melalui tokoh Nahar yang dengan setia sebagai apparat negara mengungkapkan:
Mengapa mereka melakukan teror? Berbagai jawaban pula mengusik benaknya. Dari pikirannya itu, tertulis berbagai alasan: demi cinta, karena maksiat merajalela, sebab kemiskinan, untuk keadilan dan kebenaran, menuntut janji-janji, dan sebab penegak hukum masih pondan (h. 89).
Pada penggalan lain penulis menyajikan diksi tentang bom menjadi tidak menakutkan dan meneror. Penulis memilih diksi bom waktu menjadi sesuatu yang mesti diwaspadai dalam melalui hari.
Baginya, cinta adalah bom waktu. Kesedihan adalah bom waktu. Kebahagiaan juga bom waktu. Amarah pun bom waktu. Kemiskinan dan kekayaan juga bom waktu. Narkoba adalah bom waktu juga (h. 88).
Dalam Salah Langkah yang telah memilih setting tragedi bom telah menjejakkan penggalan peristiwa di negeri ini dalam jalinan cerita yang mudah dicerna oleh pembaca. Misi mewarisi “sejarah” melalui fiksi diharapkan sebagai alternatif media pembelajaran yang menyenangkan bagi kita.
Kunci Epilog
Penulis sengaja menyimpan rahasia-rahasia jalinan cerita dan peran tokoh dari kisah satu sampai sepuluh. Jawabannya penulis sediakan pada kisah kesebelas. Pada epilog terjawab dengan apik tokoh Wahab yang sejak diawal diarahkan sebagai pelaku teror. Perubahan sikap Winarta pada anaknya,Winarsih yang menjalin kasih pada Wahab serta kejelasan tokoh-tokoh lain yang terjawab pada bagian ini. Trik ini merupakan bagian dari kelihaian penulis prosa yang telah memiliki karya yang tak diragukan lagi. Tahniah semoga kita tidak Salah Langkah!
Dunia ini adalah penjara buat siapa saja yang kehilangan kebenaran (h. 51).
Bambang Kariyawan Ys., sastrawan.