Bismillah,
Kayu-kayu ditebas kekuasaan
Rakyat menjerit ke langit
Darah mengalir bersama air mata berlumpur
dari ketinggian serakah yang angkuh
Melanyak derita lama berulang-ulang
Hutan-hutan ditebang setan
Rakyat kambing hitam
Disembelih kekuatan hitam rimba raya
Terkulai dalam rerumputan hijau sejahtera
Rakyat memungut riuh angin
yang mengabarkan celaka dari pucuk bukit.
Kekuasaan hitam merampas hak hutan
Pepohonan tak lagi menyerahkan tenteram
Kayu-kayu kuasa menjadi panah sengsara
Berulang melayang bersama hujan air mata
Di hutan, seharusnya rakyat damai
Bersama hutan, rakyat hidup tenang
Rakyat adalah pengembara dan pertapa
Menghidu semangat hutan dan hujan semesta
Terkapar juga di kuku kuasa
Jika hutan adalah semesta,
maka kayu-kayan adalah tubuh
Laksana panggung bangsawan tentang kehidupan
Jalin menjalin bagai laba-laba merajut rumah
Damai dalam dekapan Ilahi
Gemuruh bumi memikul kisah tertulis,
kayu tumbang seperti doa patah,
Tinggalkan jejak luka di punggung Sumatera.
Rakyat berlari dari muntah menggila,
“Sekali air bah, sekali tepian berubah,”
Hati tetap menyala dalam iktikad suci
Hutan adalah Emak yang lama bersabar
meratap rintih suara diseret hujan
mengabarkan kuasa tanpa hati
menjadi kapak yang menakik rasa
Sejak dulu dan kemarin,
Hutan marah tersebab kuasa serakah
Rakyat juga dihantam pasrah, dijemput resah.
Alhamdulillah.
Bengkalis, Senin, 10 Jumadil Akhir 1447 H / 01 Desember 2025