Botol di Tengah Tumpukan Sampah: Puisi Muslih Marju

21

Sampah lahir dari tubuh kota yang seram,
melahirkan botol-botol pelangi yang rapuh dari pesta pendekar lalat,
menghabisi niat pemulung panen dari lendir-lendir bank,
merubah sosok hitam berparas waktu sebab termutilasi oleh tahun-tahun sesal,
hingga tetangga lupa akan senyum paling sampah.
Hitungan genap botol tak pernah urut dari jari-jari bumi,
satu dua tiga tak sanggup melompat ke empat,
kata-kata tersenyum kurang dan kelu,
menghujat waktu yang mentah dari buruan langit,
dan detak jantung tak kan sampai ke halaman botol.

Tulisan Terkait
Berita Lainnya

200 Satupena Turut Hadir

Tulungagung, 2024

Muslih Marju, penyair yang lahir di Bangkalan tanggal 15 Januari 1988 merupakan anak pertama dari pasangan Marju dan Mayeh. Saat ini domisili di Jl. Sultan Agung no. 7 Rt/Rw 03/03 Ketanon, Kedungwaru, Tulungagung. Aktifitas mengajar di Komunitas Sastra bernama Malam Sastra Tulungagung. Puisi pernah dimuat di Media Indonesia, Rakyat Sumbar, Koran Madura, Buletin FSB Jejak dan bloggertulungagung.com.

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan