Kujemput Cerita Di Titian Jembatan Kecil : Puisi : Yanto N.

49
Tulisan Terkait
Berita Lainnya

Loading

KUJEMPUT CERITA DI TITIAN  JEMBATAN KECIL

Titian jembatan kecil di ujung jalan setapak penuh cerita membuat aku tersenyum sendiri

Senyum yang hanya membungkus sepenggal kisah yang telah hanyut bersama  deras air mengalir dibawahnya.

Samar masih terbayang saat kau dan aku luangkan waktu duduk di salah satu tepi titian jembatan itu

Kau duduk di sana berjuntai sambil mengayunkan kedua kaki menyapa buih buih yang tercipta  di ujung-ujung jarimu

Aku duduk di sisimu. Kita sengaja melepas petang yang merubah warna langit tak lagi sendu. Mentaripun malu rebah di ufuk barat bersembunyi dibalik pohon-pohon waru.

Banyak cerita mengalir disana antara kita.  Aku mengisi ruang waktu dengan bicara apa saja. Aku tumpahkan segala rasa dalam kata pada buih-buih air hingga pecah dan larut bersamanya sedang kau lebih banyak mendengarnya sambil melempar kerikil kerikil yang tak berdosa ke dasar air dan tak akan kembali lagi.

Aku sempat cemburu pada daun kering kuning kemerahan yang hanyut entah dari mana, namun tiba-tiba dapat bebas menyapa ujung-ujung jari kakimu  serta bercengkerama bersama buih-buih air dan berlalu sementara menatapmu  saja aku malu.

Itu dulu

Kini aku datang lagi

Menata langkah-langkah kaki   menghampiri titian jembatan kecil hingga berhenti di tepi sungainya untuk menjemput cerita itu kembali.

Titian Jembatan kecil itu masih seperti dulu. Juga suara  riak-riak air disibak batu-batu masih terdengar sama merdu. Aku  berdiri petang ini menunggu mentari bersembunyi pada balik pohon-pohon waru seperti waktu dulu.

Tapi aku sendiri

Aku tahu titian ini   telah menungguku dalam waktu  lama untuk menceritakan apa yang  masih kau simpan pada hijau lumut yang membalut tiang-tiang  titian jembatan yang tetap berdiri.. Tanyakan pada pohon waru itu jika ada yng terlupa. Dendam pohon waru yang pernah dipatahkan satu rantingnya  untuk menorehkan namaku dan namanya di pasir tepi sungai.  Aku yakin kau masih menyimpan semua cerita

Juga pada kerikil-kerikil. Mengapunglah  dan ceritakan kembali betapa hangatnya sewaktu dia menggenggam sebelum menghempasmu didasar sungai. Aku ingin mendengar cerita itu sekali lagi  sebelum waktu menghanyutkanku.

Duri, 22/8/2022

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan