

Tradisi syair dalam khazanah kebudayaan Indonesia yang bermuatan lokal bukan sesuatu yang luar biasa.Dalam masyarakat Melayu yang dikuasai tradisi lisan syair yang disampaikan para penglipur lara, tukang cerita adalah ungkapan perasaan dan pikiran sang anak negeri kepada khalayak termasuk kepada raja dan pemimpin sang puak pada komunitas yang berkelompok pada setiap kampung. Nilai orang Melayu itu adalah nilai berkampung, bukan nilai bercerai. Seperti madah sebuah pantun:
Hari ini merendang jagung
Hari esok merendang serai
Hari ini kita berkampung
Hari esok kita bercerai
Ungkapan ‘hari ini’ menyarankan sebuah pertemuan kekinian, kebaruan dan aktualitas.Kita hidup hari ini untuk bersilaturahmi dan berkomunikasi serta menyampaikan aspirasi berupa kehendak, koreksi dan resolusi.
Aspirasi yang disampaikan pesyair di masa dahulu penuh dengan kata-kata yang dijalin dan dinyanyikan meskipun bernada kritik dan koreksi , ia dibalut dengan kata-kata yang santun dan beradab.
Syair yang ditulis sang pesyair di masa kini tidak jauh berbeda dengan bentuk dan ekspresi masa dahulu.Hanya pada masa kekinian disampaikan dengan genre sastra modern .Berikut ini diturunkan dua karya pada tema yang hampir sama.
SYAIR KEMEMERDEKAAN KE-80 RI
1. Asalamualaikum kami sampaikan
Kepada handai dan teman
Sembari mengharap ridha Yang Maha Rahman
Kepada Nabi Rasulullah salalahu alaihi wasalam
Yang safaatnya diharapkan siang dan malam
2. Dalam menyambut hari kemerdekaan bangsa
Yang diumumkan oleh Soekarno Hatta
Tepatnya tanggal tujuhbelas bulan delapan empat lima
Kini berusia delapan puluh tahun , Saudara!
3.Ahoiii.. ulang tahun kemerdekaan kita
Banyak ragam perjuangan bangsa
Melawan penjajahan kolonial Belanda
Datang pula Jepang melantak kita
Tiga setengah tahun tambah menderita
4 Begitu Jepang kalah melawan sekutu
Kita berkumpul bersatu padu
Bambu runcing disimpan diramu
Jadi pena runcing menulis sejarah baru
5. Sejarah kemerdekaan di masa lalu
Jadi pelajaran bagi orang berilmu
Generasi muda tegak bersatu
Melangkah menjunjung harapan baru
6. Oooiii.. anak pejuang bangsa
Kita cinta tanah air tanah pusaka
Tempat tumpah darah kita semua
Hidup berkeluarga dan bersaudara
7. Aduhai bangsaku bangsa Indonesia
Janganlah berkelahi bermarah murka
Tinggalkan dendam silang sangketa
Bersatu mulia bercerai tak berguna
(Tuah Esha)
Syair dengan ungkapan masa kini, aktual dan serimonial tidak begitu saja menghilangkan kritik dan mosi publik untuk menyampaikan pikiran masyarakat dalam rumah besar bernama Indonesia.
Di sini diturunkan satu lagi contoh syair modern.
Syair Untuk Negeriku
Oleh Hendrizon
Kalam bismillah permulaan warkat
Izinkan saya memberi hormat
Kalimat disusun tersurat tersirat
Semoga bisa mendapat berkat
Indonesia kuat bagaikan baja
Hidupnya mandiri tidak dimanja
Kehidupannya rukun sangat bersahaja
Tiada merasa laksana raja
Nama apa hendak diberi
Laksana tamu di negeri sendiri
Pekerjaan susah mau dicari
Badan susah ditanggung sendiri
Nasib belum menjadi bubur
Tanah kita masih subur
Bila rajin hidup makmur
Jangan lupa kita bersyukur
Amanah jujur hiasi perbuatan
Harus bisa jadi teladan
Itulah harus kita lakukan
Berbuat baik agar ditunjukkan
Dalam negeri juga kerajaan
Mesti seirama juga sejalan
Rakyat hormat pada atasan
Aman sentosa makmur berkeadilan
Cara Negeri ini menjadi kenangan
Umar bin Abd Aziz telah mencontohkan
Orang kaya harta dikemanakan
Si miskin tiada lagi ditemukan
Kepada Allah kita meminta
Terkabul hajat dan cita-cita
Hapuskanlah segala macam derita
Mohon maaf saya pinta
Bengkalis, 30 Oktober 2022
Kita merasa terkesima membaca dua contoh syair di atas sekaligus menyambut hangat mosi yang jujur dan menyapa dari sang pesyair kepada sang pemegang amanah rakyat dengan tegur sapa dan kearifan bahasa.
Medan, 10 November 2025