Thanksgiving, An Islamic View: Shamsi Ali Al-Kajangi*

Thanksgiving, An Islamic View: Shamsi Ali Al-Kajangi*

72

Every fourth Thursday of November in the US is celebrated as Thanksgiving Day. It is a significant occasion and one of the biggest national holidays. For many Americans, it is a day for family gatherings to express gratitude to one another. People often travel great distances to reunite with their loved ones.

From a historical perspective, however, Thanksgiving Day may not be entirely desirable to celebrate. It originated when European settlers arrived in what would later become America and celebrated their dominance over the Native Americans, known as Indian Americans.

Because of this, the celebration is not universally embraced, particularly by non-white Americans. Some African Americans and Native Americans choose not to observe Thanksgiving. Instead, they commemorate their own occasions, such as “Native American Day.”

Islam’s Perspective on Thanksgiving

Despite its historical background, Thanksgiving has been widely accepted and celebrated, becoming an integral part of American culture. Many traditions and practices, though historically undesirable, have evolved over time into cherished cultural milestones. Often, they are no longer directly connected to their original historical context.

In this light, Islam evaluates such practices based on their essence and meaning, rather than their historical origins. When considering cultural traditions, Islam emphasizes principles and values over historical details.

Thanksgiving, as an American cultural practice, has been celebrated for generations and is not tied to any specific faith or creed. For Muslims, as part of this diverse society, it can be embraced as a cultural practice. However, Islam encourages its followers to align all their actions with its principles and values.

From this perspective, Muslims approach Thanksgiving by defining it within the framework of Islamic teachings. While the outward practice may resemble that of others, the intention and principles underlying it are distinct.

In Islam, the concept of gratitude is deeply rooted and expressed through the terms shukr (Arabic) and tashakkur (Persian), both derived from the root shakara, meaning to thank, appreciate, and be grateful. Gratitude is a fundamental principle in Islam, emphasized in many verses of the Quran and sayings of the Prophet Muhammad (peace be upon him).

Allah says:
“Be thankful to Me, and do not be ungrateful.”

He also says:
“If you are grateful, I will surely increase you [in favor]; but if you deny, indeed, My punishment is severe.”

What to Be Grateful For

There are countless blessings in life to be grateful for, but they can be summarized into three key areas:

Our Creation as Humans
Human beings are the most perfect creation of Allah. The Quran describes this as:
“We have certainly created man in the best of stature.”
Additionally, Allah has granted human beings dignity, as He says:
“Indeed, We have honored the children of Adam.”

Guidance (Al-Hidayah)
Guidance from Allah enables us to recognize Him as our Creator and to understand our responsibilities in this life. It provides us with a clear orientation: we are here to worship Allah and prepare for our return to Him. This clarity is a priceless blessing that deserves constant gratitude.

The Ummah
The term Ummah means “community,” and it can refer to multiple levels of belonging.

The Global Ummah: This includes all those who believe in laa ilaaha illa Allah wa Muhammad Rasulullah. Muslims across the globe are united in this shared faith.

The Local Ummah: This can refer to specific national or ethnic Muslim communities. For instance, American Muslims form an Ummah within the broader global Ummah.

As an Ummah in America, we have much to be grateful for. Despite its shortcomings, America remains a land of hope and opportunity, offering not only material benefits such as education and economic advancement but also the freedom to practice our faith. Compared to many other nations, including some in Europe, the United States provides a unique environment where religious freedom is upheld.

Who to Be Grateful To

Islam commands gratitude to all those who show kindness, even those who do not share the same faith. This includes our parents, even if they do not believe in Islam.

Gratitude to Allah
Our first and foremost gratitude is to Allah, our Creator, who fulfills our needs (though not always our desires). The most meaningful way to thank Allah is through sincere worship, acknowledging Him as the sole deity.

Gratitude to Parents
Allah commands us in the Quran:
“Thank Me and your parents.”

Parents play an unparalleled role in our lives, and Islam emphasizes their rights and the importance of showing gratitude to them.

Gratitude to Fellow Humans
The Prophet Muhammad (peace be upon him) said:
“A person who does not thank others has not thanked Allah.”
This includes showing appreciation to those who serve and support us, including our spouses. Often, we overlook the sacrifices our spouses make for us. Apart from our parents, no one loves us more in this world than our spouse. Recognizing this and expressing gratitude to one another strengthens the bond of marriage.

Conclusion

As Muslims, Thanksgiving offers an opportunity to reflect on and practice gratitude—not just as a cultural tradition but as a deeply spiritual act. By aligning the practice with Islamic values, we can celebrate gratitude in a way that enriches our faith and strengthens our connections with others.

Wishing you all a Happy Thanksgiving!

Jamaica Hills, November 26, 2024

*Director of Jamaica Muslim Center
President of Nusantara Foundation

Tulisan Terkait

Hari Bersyukur, Pandangan Islam: Shamsi Ali Al-Kajangi*

Setiap Kamis keempat bulan November di AS dirayakan sebagai Hari Bersyukur. Ini adalah kesempatan yang signifikan dan salah satu hari libur nasional terbesar. Bagi banyak orang Amerika, ini adalah hari untuk berkumpul bersama keluarga untuk mengungkapkan rasa syukur satu sama lain. Orang-orang sering melakukan perjalanan jauh untuk berkumpul kembali dengan orang-orang terkasih mereka.

Namun, dari perspektif sejarah, Hari Thanksgiving mungkin tidak sepenuhnya layak untuk dirayakan. Ini berasal ketika para pemukim Eropa tiba di apa yang kemudian menjadi Amerika dan merayakan dominasi mereka atas penduduk asli Amerika, yang dikenal sebagai orang India Amerika.

Karena hal ini, perayaan tersebut tidak diterima secara universal, terutama oleh orang Amerika non-kulit putih. Beberapa orang Afrika-Amerika dan Penduduk Asli Amerika memilih untuk tidak merayakan Hari Raya Syukur. Sebagai gantinya, mereka memperingati acara mereka sendiri, seperti “Hari Penduduk Asli Amerika.”

Perspektif Islam tentang Hari Bersyukur

Meskipun latar belakang sejarahnya, Hari Bersyukur telah diterima dan dirayakan secara luas, menjadi bagian integral dari budaya Amerika. Banyak tradisi dan praktik, meskipun secara historis tidak diinginkan, telah berkembang seiring waktu menjadi tonggak budaya yang dihargai. Seringkali, mereka tidak lagi terhubung langsung dengan konteks sejarah aslinya.

Dalam konteks ini, Islam mengevaluasi praktik-praktik tersebut berdasarkan esensi dan maknanya, daripada asal-usul historisnya. Ketika mempertimbangkan tradisi budaya, Islam menekankan prinsip dan nilai-nilai di atas rincian sejarah.

Hari Bersyukur, sebagai praktik budaya Amerika, telah dirayakan selama beberapa generasi dan tidak terikat pada agama atau kepercayaan tertentu. Bagi umat Muslim, sebagai bagian dari masyarakat yang beragam ini, hal itu dapat diterima sebagai praktik budaya. Namun, Islam mendorong para pengikutnya untuk menyelaraskan semua tindakan mereka dengan prinsip dan nilai-nilai Islam.

Dari perspektif ini, umat Muslim mendekati Hari Bersyukur dengan mendefinisikannya dalam kerangka ajaran Islam. Meskipun praktik lahiriah mungkin mirip dengan orang lain, niat dan prinsip yang mendasarinya adalah berbeda.

Dalam Islam, konsep syukur sangat mendalam dan diekspresikan melalui istilah shukr (Arab) dan tashakkur (Persia), keduanya berasal dari akar shakara, yang berarti untuk berterima kasih, menghargai, dan bersyukur. Rasa syukur adalah prinsip dasar dalam Islam, yang ditekankan dalam banyak ayat Al-Qur’an dan sabda Nabi Muhammad. (peace be upon him).

Allah berfirman:
“Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.”

Dia juga berfirman:
“Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu; tetapi jika kamu ingkar, sesungguhnya azab-Ku sangat berat.”

Apa yang Harus Disyukuri

Ada banyak sekali berkat dalam hidup yang patut disyukuri, tetapi semuanya dapat dirangkum dalam tiga area utama:

Penciptaan Kita sebagai Manusia
Manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna. Al-Qur’an menggambarkan ini sebagai:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Selain itu, Allah telah memberikan martabat kepada manusia, seperti yang Dia katakan:
“Sesungguhnya, Kami telah memuliakan anak-anak Adam.”

Petunjuk (Al-Hidayah)
Petunjuk dari Allah memungkinkan kita untuk mengenali-Nya sebagai Pencipta kita dan memahami tanggung jawab kita dalam kehidupan ini. Ini memberikan kita orientasi yang jelas: kita ada di sini untuk menyembah Allah dan mempersiapkan diri untuk kembali kepada-Nya. Kejelasan ini adalah berkah yang tak ternilai yang layak mendapatkan rasa syukur yang konstan.

Ummah
Istilah Ummah berarti “komunitas,” dan dapat merujuk pada berbagai tingkat keanggotaan.

Ummah Global: Ini mencakup semua orang yang percaya pada laa ilaaha illa Allah wa Muhammad Rasulullah. Muslim di seluruh dunia bersatu dalam iman yang sama ini.

Ummah Lokal: Ini dapat merujuk pada komunitas Muslim nasional atau etnis tertentu. Misalnya, Muslim Amerika membentuk sebuah Ummah di dalam Ummah global yang lebih luas.

Sebagai Ummah di Amerika, kita memiliki banyak hal untuk disyukuri. Meskipun ada kekurangan, Amerika tetap menjadi tanah harapan dan peluang, menawarkan tidak hanya manfaat material seperti pendidikan dan kemajuan ekonomi tetapi juga kebebasan untuk menjalankan iman kita. Dibandingkan dengan banyak negara lain, termasuk beberapa di Eropa, Amerika Serikat menyediakan lingkungan yang unik di mana kebebasan beragama dijunjung tinggi.

Siapa yang Harus Disyukuri

Islam memerintahkan rasa syukur kepada semua orang yang menunjukkan kebaikan, bahkan kepada mereka yang tidak seiman. Ini termasuk orang tua kita, meskipun mereka tidak memeluk Islam.

Syukur kepada Allah
Syukur yang pertama dan terutama kita tujukan kepada Allah, Pencipta kita, yang memenuhi kebutuhan kita. (though not always our desires). Cara yang paling bermakna untuk berterima kasih kepada Allah adalah melalui ibadah yang tulus, mengakui-Nya sebagai satu-satunya Tuhan.

Rasa Syukur kepada Orang Tua
Allah memerintahkan kita dalam Al-Qur’an:
“Syukuri Aku dan kedua orang tuamu.”

Orang tua memainkan peran yang tak tertandingi dalam hidup kita, dan Islam menekankan hak-hak mereka serta pentingnya menunjukkan rasa syukur kepada mereka.

Rasa Syukur kepada Sesama Manusia
Nabi Muhammad (saw) bersabda:
“Orang yang tidak berterima kasih kepada orang lain, tidak berterima kasih kepada Allah.”
Ini termasuk menunjukkan penghargaan kepada mereka yang melayani dan mendukung kita, termasuk pasangan kita. Seringkali, kita mengabaikan pengorbanan yang dilakukan pasangan kita untuk kita. Selain orang tua kita, tidak ada yang mencintai kita lebih di dunia ini daripada pasangan kita. Menyadari hal ini dan mengungkapkan rasa syukur satu sama lain memperkuat ikatan pernikahan.

Kesimpulan

Sebagai umat Muslim, Hari Bersyukur menawarkan kesempatan untuk merenungkan dan mempraktikkan rasa syukur—bukan hanya sebagai tradisi budaya tetapi sebagai tindakan spiritual yang mendalam. Dengan menyelaraskan praktik tersebut dengan nilai-nilai Islam, kita dapat merayakan rasa syukur dengan cara yang memperkaya iman kita dan memperkuat hubungan kita dengan orang lain.

Semoga kalian semua merayakan Hari Bersyukur dengan bahagia!

Jamaica Hills, 26 November 2024

*Direktur Jamaica Muslim Center
Presiden Yayasan Nusantara

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan