BRIN dan BRGM Lakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Pembasahan
Gambut

119
Koordinasi Manggala Agni, BRIN, BMKG atasi lahan terbakar di RIau

Pekanbaru-Tiras Times: Berdasarkan hasil pantauan Sistem Monitoring Kebakaran Hutan dan Lahan (Sipongi) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sejak awal Juli 2022 telah terjadi
peningkatan eskalasi titik panas (hotspot) di Provinsi Riau. Menurut prediksi Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi bencana karhutla di Provinsi Riau juga akan
meningkat di bulan Juli hingga September tahun 2022.

Hal ini didasari pada sifat hujan untuk bulan Juli – Oktober di wilayah Provinsi Riau yang diprediksi berada pada kondisi normal hingga dibawah normal dan juga berdasarkan pola tahunan jumlah kejadian hotspot di Pulau Sumatera, khususnya Provinsi Riau yang mencapai puncak pada bulan periode bulan Juli – Oktober.


Kemunculan hotspot pada lahan – lahan gambut terjadi karena adanya penurunan kelembapan
lahan gambut dan akan semakin rentan untuk terbakar sehingga mengakibatkan bencana
karhutla jika tidak segera ditangani.


Atas dasar tersebut, maka Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) meminta kepada
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi
Cuaca (Lab. TMC) untuk melaksanakan kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk tujuan
pembasahan lahan gambut di wilayah Provinsi Riau guna mencegah terjadinya kebakaran hutan
dan lahan (Karhutla).


Kegiatan TMC di Riau yang dimulai pada 21 Juli 2022 rencananya akan dilaksanakan selama 11
hari kegiatan sesuai permintaan dari BRGM dimana kegiatan kali ini merupakan TMC periode II.
Sebelumnya juga telah dilaksanakan kegiatan TMC pada periode I yang dilaksanakan pada
tanggal 14 April – 25 April 2022 atas kerjasama BRIN dengan KLHK dan PT. RAPP Riau. Pada
periode I tersebut kegiatan TMC telah berhasil mempertahankan kelembapan lahan gambut dan
menurunkan jumlah hotspot yang terjadi di wilayah Provinsi Riau.


Koordinator Lapangan Dr. Tukiyat dari Lab. Pengelolaan TMC mengatakan bahwa pelaksanaan operasional kegiatan dikendalikan dari Pos Komando (Posko) yang berada di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau. Selain tim dari Lab. Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN, kegiatan ini juga didukung oleh TNI AU Skadron 4 Malang dengan mengerahkan armada pesawat CASA 212-200 beserta 11 crew pesawat.


“Kegiatan TMC ini juga mendapat dukungan dari Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud)
Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pemerintah
Provinsi Riau, BPBD Provinsi Riau, dan Kepolisian Daerah (Polda) Provinsi Riau” ujar Tukiyat.
Selain personil yang bertugas di Posko, ditempatkan juga beberapa personil yang bertugas di
Pos Meteorologi Dumai dan Pelalawan untuk melaporkan keadaan cuaca serta pengamatan
visual pertumbuhan awan tiap jam pada tim yang ada di Posko Pekanbaru untuk dianalisis
sebagai salah satu pertimbangan dalam penentuan strategi penyemaian awan.


Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Basar Manullang menjelaskan bahwa
beberapa tahun terakhir, TMC telah menjadi solusi permanen sebagai penanganan karhutla di
Indonesia. Menurut data yang telah dihimpun KLHK dari 317 posko pengendalian karhutla di
Provinsi Riau, hingga 18 Juli 2022 telah terjadi peningkatan eskalasi kejadian karhutla. Melihat
skenario penanggulangan karhutla yang dilakukan selama dua tahun terakhir sejak tahun 2020
dengan aksi pencegahan menggunakan metode pembasahan lahan gambut melalui operasi
TMC yang dinilai cukup berhasil menekan jumlah Hotspot, maka diperlukan upaya yang sama
pada tahun ini. Sehingga dengan dilakukannya TMC ini diharapkan akan meminimalisir kejadian
karhutla dan dapat mewujudkan langit biru Indonesia tanpa asap.


Menurut Agus Yasin, Kepala Pokja Teknik Restorasi BRGM, PP 57 tahun 2016 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, kriteria kerusakan lahan gambut, ditandai
dengan turunnya tinggi muka air tanah dibawah 0,4 m. BRGM Riau memiliki 25 unit TMAT yang
memberikan data secara real time setiap jam. 20 unit telah mengindikasikan kategori bahaya, 4
unit mendekati 0,4 m dan1 unit dalam kategori aman. Hal ini yang mendorong kegiatan TMC
untuk segera dilaksanakan. Kegiatan pembasahan lahan gambut di Riau merupakan langkah
awal untuk kegiatan TMC pembasahan lahan gambut di provinsi lainnya.

Selaras dengan itu, Kepala Pokja Restorasi Gambut Wilayah Sumatera, Susilo Indrarto, secara resmi membuka kegiatan Operasi TMC di Provinsi Riau, Susilo menambahkan “dalam proses perencanaan
restorasi lahan gambut, BRGM bekerja sama dalam menghimpun data iklim, cuaca, dan TMAT
dari KLHK, BMKG, dan BPBD untuk dianalisa, sehingga dapat memastikan faktor apa saja yang
dapat mencegah terjadinya pengeringan lahan gambut dan karhutla yaitu dengan berkolaborasi
dengan BRIN untuk melakukan operasi TMC”.


Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo, mengatakan bahwa upaya
TMC untuk pengendalian karhutla dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan hasil yang
cukup signifikan. “Berkaca dari pengalaman kejadian El Nino di tahun 2019 yang mengakibatkan
bencana karhutla yang cukup masif, dimana saat itu TMC dilakukan untuk tujuan pemadaman
(fire suppression), maka pelaksanaan TMC di tahun-tahun setelahnya dilakukan lebih awal untuk
tujuan pembasahan lahan gambut (re-wetting). Target Operasi TMC kali ini adalah untuk menjaga
tinggi muka air tanah gambut agar tetap berada di batas atas ambang batas (threshold)
kekeringan, sehingga lahan gambut tidak mudah terbakar dan potensi kejadian karhutla dapat
dikurangi” paparnya.


Seperti yang telah diketahui, daerah Riau memiliki area lahan gambut yang cukup luas dan rentan
terjadi kebakaran saat musim kemarau. Untuk itu maka pada musim kemarau ini perlu dilakukan
antisipasi sedini mungkin upaya-upaya pembasahan lahan dengan memanfaatkan TMC untuk
meningkatkan intensitas curah hujan. Harapannya, dengan adanya hujan maka kolam-kolam
penyimpanan air pada lahan gambut dapat terisi dan menjaga tinggi muka air tanah (TMAT) lahan
gambut terjaga kelembabannya sehingga dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan dan
lahan

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan