Meripat Mak Rifat: Puisi Wahyu Mualli Bone

172

Meripat, kata Mak-Mak ketika sedang halus lisan. Biasanya bila bertemu orang yang agak disegani.

Mak Rifat dan kawan-kawan sedang nostalgia, mengingat masa kecil masih pakai Singlet, bermain di halaman dengan aneka permainan.

Waktu main Yeye, pas pada julangan tertinggi, dari kejauhan mengambil ancang-ancang seraya mengacungkan telunjuk lalu lari dan lompat. Aduh, karet putus, memantul ke arah meripat kedua lawan yang kalah, nangis sebentar lalu lanjut main sampai muak.

Belum pulang ke rumah masing-masing. Selagi suara Mak-Mak belum melengking tujuh oktaf menyuruh pulang, ganti permainan lain. Karet dibuka dari ikatan secukupnya lalu diatur sesuai kesepakatan Tagan pada lidi yang ditancap ke tanah.

Biasa, sebelum permainan dimulai, ada istilah uang terlebih dahulu lalu paduan suara sejenak sambil fokus melihat kode terkecil dan terbesar dari pakem muka dan punggung tangan.

Membolak-balik tangan;
Menang sikit
Menang banyak

Belum puas, uang dilanjut dengan metode lain;
Cak koci cina gundul, masak babi keluar nombol.

Aduh, kadang riskan juga dengan bunyi nyanyian, agak menyinggung SARA.

Berulang kali, kadang sedikit cekcok sambil tarik-menarik tali Singlet sebagai efek jera dengan kalimat; Jangan mencelatlah.

Kembali mengulang uang dengan judul lagu yang berbeda; Lu Lu Cina buta, lu banyak taik mata, se kila dua mata, tak cukup bagi tiga. Dapatlah hasil siapa jadi pemenang lalu main.

Belum satu putaran main, mereka sudah bosan karena rumit.
ini kan mainan testosteron.
Ganti mainan lagi. Mak Rifat menggaris-garisi tanah dan yang lainnya mencari batu atau kayu, simbol gapai.

Sekalipun benda tersebut hanya batu atau kayu, masing-masing punya keistimewaan tersendiri bagi pemiliknya. untuk itu, Mak Rifat juga mencari benda padat tersebut sekalipun bukan batu dan kayu, setidaknya jitu jadi Senuju sebab, tidak sekedar benda padat, dengan benda itu bisa kaya raya, memiliki rumah sampai ke bulan. ya, karena di sana sebutannya main kelas, diawali dengan lompat satu kaki, satu, satu, dua, satu, dua. Bulan tidak boleh di pijak.

Paduan suara di mulai lagi dengan lagu yang sama, tak peduli meskipun badan sudah bau hari.

Berita Lainnya

Cak koci cina gundul, masak babi keluar nombol, Lu Lu Cina buta, Lu Banyak taik mata, se Kila dua mata, tak cukup bagi tiga.

Cak koci cina gundul, masak babi keluar nombol, Lu Lu Cina

Cina Cina Cina
Teriak Mak Rifat di atas kasur, saling tatap dengan Ibu nya.

Siapa Cina, Ada masalah apa dengan orang cina

Cina dalam lagu sebelum memulai permainan, Rifat mimpi bermain dengan Mak Haki dan Mak Syari, di mana mereka sekarang

Mak Haki dan Mak Syari sudah lama ke luar Negeri Nak

Tapi dua pekan lalu masih ngobrol di

Di mana.
Mak Rifat, Mak senantiasa berkabar sampai hari ini, Mak Haki dan Mak Syari sedang nyaman di luar Negeri

Apa Nama Nagara nya Mak

Ibu hanya menyimpan bunyi nama alam Negeri itu, beda

Ibu Mak Rifat tidak menyebut nama alam Negeri itu, sebab dia mengerti di mana Mak Rifat duduk dan cara mendudukkan anaknya.

Meripat Mak Rifat tidak meneteskan air sedikitpun di tatapan sedu ibu kandungnya yang sudah sama-sama renta.

Batang Duku, 7 November 2023

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan