Isbat Sabit: Puisi Wahyu Mualli Bone

15
Tulisan Terkait

Loading

Maka depan, dahulunya kini dan lalu.

Telinga batu siap terendam menyimpan bayang badai gigi gergaji. Tapi sekejap, sebelum matahari berganti bulan, selangkah keluang pasang cengkram selang putar leher elang kucing menamatkan bidik.

Keluang bersilang pekik kokok ayam saat musang menebar bau-bau pandan. Sedang padan muka jangkrik menanda sepi padatkan langsung angin barat taja isyarat.

Kerut hidung bulan sikapi sengit sangit perun.

Barulah lantang kepak pungguk menyibak Isbat Sabit sebut sabtu satu-satu kali empat.

Tunggu, mendung terhalang lalu dari Senin sampai Selasa.

Maka dulu, sabit merambah rimbun rumput tumpuki perun susulkan asap.

Elang kucing rabun angin gemeretak paruh, jeling kelingking musang padat bulu kapas.

Jangkrik tanpa lengking menyiapkan denyut keting, tamatlah. pijar fajar memanjat hari.

Ayam tatap bayi biawak memuntahkan cangkang ari ular usai asah taji-taji sambil mengenang lubang landai tepi kandang.

Sampai Rabu.

Pekanbaru, 24 September 2023

 

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan