

Pekanbaru, 7 Februari 2025 – Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Riau menggelar Pelatihan Peningkatan SDM Pendidikan Berdaya Saing Global di Hotel Winstar, Pekanbaru, Riau. Pelatihan bertema Redesign Thinking: Growth Mindset & Digital-Based Vocational Education ini dibuka secara resmi oleh Direktur Sekolah Pascasarjana UNY, Prof. Dr. Siswantoyo, M.Kes., AIFO. Dalam sambutannya, Prof. Siswantoyo mengapresiasi antusiasme peserta dan narasumber dalam acara yang bertujuan meningkatkan kompetensi SDM pendidikan agar mampu bersaing secara global. Beliau menekankan bahwa inovasi berbasis digital dan pola pikir berkembang (growth mindset) menjadi kunci dalam menghadapi tantangan pendidikan di era globalisasi.
Kehadiran tim Sekolah Pascasarjana UNY ke Riau merupakan tindak lanjut dari kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Riau dalam memperkuat sinergi pengembangan pendidikan. Kerja sama ini diharapkan dapat melahirkan inisiatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi dan pendidikan tinggi di daerah. Pada kesempatan ini, turut dibahas regulasi pembukaan dan penutupan program studi, serta perbedaan status perguruan tinggi seperti PT SATKER, PT BLU, dan PTNBH. Perubahan status ini berimplikasi pada fleksibilitas kebijakan akademik, termasuk pengembangan kurikulum dan kebijakan pembelajaran yang adaptif terhadap kebutuhan industri dan masyarakat. Selain itu, UNY memperkenalkan lima program studi berbasis Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) sebagai solusi bagi mahasiswa luar daerah. Dengan konsep “Bekerja Sambil Kuliah, Kuliah Tanpa Meninggalkan Pekerjaan”, PJJ memberikan fleksibilitas tinggi tanpa mengorbankan kualitas akademik. Program ini didukung oleh prodi pengusung yang telah terakreditasi Unggul, memastikan lulusan tetap kompetitif di tingkat nasional dan internasional. Hadir juga dalam acara ini Koordinator Program Studi Sekolah Pascasarjana UNY, yakni: Prof. Dr. Mochammad Bruri Triyono, M.Pd. (Koordinator Program Doktoral Pendidikan Teknologi dan Kejuruan), Prof. Dr. Edi Istiyono, M.Si. (Koordinator Program Magister Ilmu Lingkungan), dan Prof. Dr. Muhammad Nursa’ban, M.Pd. (Koordinator Program Magister Penelitian dan Evaluasi Pendidikan).
Sesi pertama menghadirkan Mayu Indera, S.E., M.M. dari BKPSDM Kota Pekanbaru, yang menyoroti urgensi studi lanjut dalam peningkatan kualitas SDM. Ia menegaskan bahwa pencantuman gelar akademik sebaiknya dikoordinasikan dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN) untuk memastikan kelayakan administratifnya. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa peserta diberikan kebebasan untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi terakreditasi baik, termasuk di luar Provinsi Riau, sebagai bagian dari strategi peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Sementara itu, Kabiro Kesra Pemprov Riau, Dr. H. Imron Rosyadi, M.T., menekankan bahwa lulusan program doktoral tidak hanya dituntut memiliki kompetensi akademik tinggi, tetapi juga harus mampu menanamkan nilai karakter dan tanggung jawab ilmiah kepada generasi berikutnya. Beliau juga mengungkapkan keterbatasan kuota beasiswa pendidikan doktoral di Pemprov Riau, yang saat ini hanya tersedia lima kuota untuk ASN, namun pihaknya berencana mengusulkan tambahan 15 kuota bagi peserta non-ASN untuk memperluas kesempatan bagi akademisi dan tenaga profesional di daerah. Menanggapi hal tersebut, Prof. Siswantoyo menegaskan bahwa UNY siap menjalin kemitraan lebih erat dengan Biro Kesra guna membuka akses yang lebih luas bagi mahasiswa dan tenaga pendidik yang ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Dalam sesi diskusi, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FKIP Universitas Riau (UNRI) Dr. Mahmud Alpusari, M.Pd. mengungkapkan bahwa saat ini tidak ada izin belajar bagi dosen, sehingga mereka dihadapkan pada tantangan dalam melanjutkan studi. Namun, program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menjadi alternatif solutif bagi para dosen yang ingin tetap mengembangkan kompetensinya tanpa harus meninggalkan tugas akademik.
Selain itu, perwakilan Kanwil Kemenag Provinsi Riau menyoroti pentingnya kemudahan akses informasi mengenai pelatihan dan beasiswa bagi tenaga pendidik di lingkungan Kemenag. Ia mengusulkan adanya Nota Kesepahaman (MoU) dengan Kemenag Provinsi Riau untuk memperkuat jaringan informasi serta membuka peluang lebih besar bagi guru-guru di bawah naungan Kemenag untuk mengembangkan kapasitas akademik mereka.
Di akhir sesi, mahasiswa S3 UNY, Budi, mengajukan pertanyaan terkait kemungkinan adanya beasiswa penelitian bagi mahasiswa asal Riau. Menanggapi hal ini, Mayu Indera menjelaskan bahwa kebijakan tersebut sepenuhnya berada dalam kewenangan Biro Kesra, yang bertanggung jawab dalam mengelola program beasiswa di lingkungan Pemprov Riau. Sesi diskusi ini semakin menarik ketika Kepala Balai Guru Penggerak (BGP) Provinsi Riau, Reiski Bestary, S.Pd., M.Pd., mengungkapkan kegelisahannya. Dengan nada penuh harapan, ia menyampaikan bahwa banyak tenaga pendidik di Balai Guru Penggerak (BGP) Riau masih terkendala dalam mendapatkan izin kuliah, sehingga belum ada satu pun dari mereka yang melanjutkan ke jenjang S3, semuanya masih berstatus lulusan S2. Pernyataan ini disambut dengan penuh keyakinan oleh Prof. Siswantoyo, yang menegaskan bahwa Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah solusi bagi semua, termasuk bagi tenaga pendidik yang ingin terus berkembang tanpa harus mengorbankan tugas dan tanggung jawabnya. “Pada prinsipnya, PJJ untuk semua,” tegasnya, menutup sesi diskusi dengan optimisme bahwa akses pendidikan tinggi seharusnya dapat dijangkau oleh siapa pun, tanpa hambatan administratif yang menghalangi impian mereka.
Acara pun ditutup dengan penuh semangat oleh Mayu Indera, S.E., M.M., yang mengingatkan peserta dengan kalimat inspiratif, “Kalau bukan sekarang, kapan lagi?”. Pelatihan ini bukan sekadar forum diskusi, tetapi juga momentum strategis dalam mendorong peningkatan daya saing SDM pendidikan di Provinsi Riau. Lebih dari itu, acara ini menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi adalah kunci utama dalam menghadapi tantangan globalisasi, sebuah langkah maju yang membuka pintu bagi masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan progresif.