Bila Kejujuran Harus Digadaikan : Oleh Hendrizon Bin (Alm) Nashruddin Zakaria

48

Bila Kejujuran Harus Digadaikan

Oleh: Hendrizon Bin (Alm) Nashruddin Zakaria

Orang yang paling jujur di dalam Islam disebut dengan gelar Al Amin. Nama itulah yang disematkan kepada baginda nabi Muhammad SAW karena kejujurannya diatas segala-galanya. Orang yang jujur ( Al Amin) sangat relevan sekali dengan perilaku orang yang bisa dipercayai (memegang amanah), lalu orang tersebut dapat dikatakan orang yang sangat kuat Imannya atau Beriman. Bila dirangkaikan satu persatu asal kata tersebut terdiri dari kata Al-Amin (الأمين) – Al Amanah (الأمانة) – Al Iman (الإِيـمَانُ).

Tiga kata dalam bahasa Arab diatas tersebut berasal dari akar kata Amana (امن) artinya "aman" atau "keamanan". Jadi proses dari orang jujur menjadi orang yang mempunyai iman yang kuat (Beriman) menurut konteks diatas hanya bisa diraih bila seseorang itu memiliki hati yang bersih tanpa dinodai oleh setitik noda dosa hitam (Yang Amanah).

Jika diibaratkan sebuah cahaya, kejujuran akan menyinari setiap sudut kegelapan sehingga setiap dari sudut kegelapan itu akan sirna menjadi keadaan yang terang benderang sehingga tak satu pun yang bisa menghalanginya kecuali oleh noda hitam (Benda) yang menjadi penghalang dari cahaya tersebut. Noda hitam tersebut menurut Imam Ghazali adalah dosa-dosa yang kita lakukan.

Di dalam Konteks kehidupan modern seperti sekarang ini, nilai suatu kejujuran menjadi hal yang teramat “mahal” karena berada ditengah-tengah keadaan “menghalalkan segala macam cara”, akibat tuntutan kehidupan dunia. Padahal secara teori dan logika, Kejujuran adalah kunci kesuksesan karena akan membangun kepercayaan, menghindari konflik, menciptakan ketenangan batin, dan membuka peluang. Orang yang jujur dihormati, lebih dipercaya, dan memiliki integritas yang kuat, sehingga lebih mudah meraih kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bisnis dan karir.

Namun bila sebuah kejujuran harus digadaikan oleh situasi dan kondisi maka tak dapat tidak kejujuran tak dapat disalahkan. Yang Sebenarnya situasi dan kondisi itulah yang menyesuaikan dengan kejujuran bukan sebaliknya mempertaruhkan kejujuran demi sesuatu yang tak prinsipil.

Tulisan Terkait

Alasannya adalah bila kita sanggup menggadaikan sebuah kejujuran, maka sebenarnya kita telah menggadaikan sebuah keimanan dan merubah sikap seseorang menjadi tidak lagi bisa dipercaya (Amanah). Keadaan tentu akan terus berubah ke bentuk berperilaku khianat, dan bila sudah berkhianat tentu sudah termasuk tindakan yang tidak terpuji bahkan itu adalah termasuk perbuatan menzhalimi. Bila keadaan seperti ini telah terjadi maka keadilan pun sulit untuk dibuktikan atau diwujudkan.

Yang paling kita takutkan adalah bila kejujuran digadaikan oleh suatu komando. Bila perintah komando terjadi untuk memanipulasi suatu kejujuran dan itu betul terjadi, maka tentu secara sistematis akan merubah struktur yang ada menjadi sesuatu yang kacau balau. Ujung-ujungnya akan terjadi perkelahian, sakit hati dan iri mendengki satu sama lain, Al hasil keadaan tak lagi menjadi sesuatu yang kondusif tapi akhirnya terjadilah perpecahan.

Oleh karena itu sejak dini bersikap jujurlah, karena kejujuran adalah cerminan dari hati yang bersih dan kejujuran akan mengantarkan kita menjadi orang yang benar baik dalam bersikap maupun dalam berbuat. Sebagai penutup marilah kita renungkan satu hadist dari rasulullah SAW Hadits Jami’ At-Tirmidzi No. 1894 – Kitab Berbakti dan menyambung silaturrahim tentang Jujur dan bohong

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ
يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ
وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الْعَبْدُ يَكْذِبُ
وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ وَعُمَرَ وَعَبْدِ اللَّهِ
بْنِ الشِّخِّيرِ وَابْنِ عُمَرَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Syaqiq bin Salamah dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Hendaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran itu akan membawa pada kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa kepada surga. Tidaklah seorang bersikap jujur dan selalu berbuat jujur hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan hendaklah kalian menjauhi sikap dusta, karena kedustaan itu akan membawa pada kekejian, sedangkan kekejian akan membawa kepada neraka. Dan tidaklah seorang berbuat

dusta dan selalu berdusta hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta; Hadits semakna juga diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar, Abdullah bin Asy Syikhkhir dan Ibnu Umar. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits Hasan Shahih.

Bionari Penulis

Hendrizon, Lahir di Bengkalis 17 Juli 1979, Pegawai Humas Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bengkalis.
Pendidikan terakhir SMAN 1 Bengkalis (1995-1998). Selain sebagai Pegawai Humas juga sebagai Anggota
Perkumpulan Rumas Seni Asrizal Nur.(PERRUAS) Riau. Mulai Aktif menulis sejak tahun 2021. Beralamat di Jl.
Antara Ujung GG.Guru II (Kompleks Guru) Desa Wonosari Kabupaten Bengkalis. No.Hp/WA 0813 1533 2965

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan