

Namaku Dina, aku merupakan gadis SMP yang sangat terkenal. Setiap pagi aku ingin pergi ke sekolah selalu ada orang-orang yang menyapaku walau kita tidak saling mengenal. Aku sebenarnya tertarik dengan satu laki-laki ia bernama Drafa. Drafa merupakan laki-laki pendiam dan dijauhi tetapi Drafa merupakan orang yang pintar. Tanpa mereka sadari ternyata ada orang lain yang memasuki cerita mereka. Diwaktu yang sama ada seorang pemuda yang sedang pergi sekolah, pemuda tersebut Bernama Risky. Risky merupakan siswa yang cukup gaul dan nakal.
Saat jam istirahat Drafa pergi kekantiin tanpa ada seorang teman pun yang mau menemaninya. Setiap jam istirahat Drafa selalu pergi ke pondok depan sekolah sebab tidak ada murid yang pergi ke depan sekolah ketika jam istirahat. Tanpa sama sadar sedikit pun ternyata Dina secara diam-diam mengikuti Drafa dan mengejutkannya “HA!!!”. Drafa pun sangat terkejut karena tiba-tiba Dina datang, Drafa bertanya “Kamu ngapain disini ?!” Dina menjawab “Pertanyaan yang bagus tu, kamu yang ngapain di sini sendirian?”. Mendengar jawaban Dina, Drafa menyatakan bahwa dia seorang yang pendiam dan tidak memiliki banyak teman. Drafa juga bilang ke Dina kalau dia selalu pergi makan siang didepan, setelah tahu kalau Drafa selalu makan di depan tanpa menyebutkan sepatah kata pun ia langsung pergi meninggalkan Drafa.
Drafa selalu terpikir apakah akan bisa mendapatkan teman atau tidak, saat sedang termenung tiba-tiba Dina datang kembali tetapi kali ini dia tidak mengejutkan Drafa dan terlihat membawa makanan siangnya. Ternyata Dina ingin menjadi teman Drafa, saat mereka sedang makan siang bersama, Dina bertanya apakah Drafa ingin jalan pulang bersama nanti karena kebetulan rumah mereka searah. Drafa pun dengan senang hari menerimanya, mereka janjian untuk bertemu di gerbang samping saat pulang sekolah.
Sesuai kesepakatan mereka bertemu saat pulang sekolah, langsunglah mereka pergi pulang bersama. Ditengah pembicaraan, Drafa bertanya “Kamu kelas mana?” Dina menjawab “Aku kelas 10A, kenapa?”. Drafa pun sadar kalau mereka berbeda 2 tahun karena ternyata Drafa sudah kelas 12, tetapi ia hanya diam karena ia takutnya membuat Dina tidaknya nyaman.
Setelah tidak jauh berjalan Drafa pun sampai di rumahnya ia berpisah dengan Dina, setelah jalan dengan Dina, Drafa jadi suka untuk senyum-senyum sendiri. Namun diwaktu yang sama Risky siswa laki-laki yang paling terkenal di sekolahnya melihat Dina yang sedang jalan sendirian. Dengan santainya Risky berbicara hal-hal yang membuat Dina tidak nyaman, untung rumahnya sudah tidak jauh lagi. Saat sampai Dina menyampaikan sampai jumpa ke Risky, mereka sebenarnya tidak saling mengenal tetapi karena Risky terkenal makanya Dina tahu Risky.
Esok hari di sekolah Dina menemui Drafa dan berbicara tentang hari kemaren saat dia bertemu, Risky Dina menyatakan bahwa dia tidak tertarik dengannya tetapi Risky sering mendekati dan memperhatikannya. Drafa pun bingung harus berkata apa, tiba-tiba Dina tertawa karena ia sadar betapa konyolnya pernyataan tersebut, Drafa pun tersenyum melihat Dina. Saat jam makan siang mereka lagi-lagi makan bersama, Drafa berkata nanti mereka tidak bisa pulang bersama karena ia ada urusan sekolah yang membuatnya pulang lebih lama. Dina pun bingung karena kelas 10 tidak ada yang mengikuti lomba atau pun ada acara-acara sekolah lainnya
Drafa menyatakan bahwa ia kelas 12 dan mereka sedang ada kepentingan, mendengar pernyataan tersebut Dina tertawa hingga terbahak-bahak dan bertanya “Kamu kenapa gak bilang dari awal kalau kamu kakak kelas..” Drafa menjawab “Aku takutnya kamu nanti tidak nyaman karena kita berbeda 2 tahun”. Setelah makan siang pergi pulang sendiri ditengah perjalanan Dina merasa ada orang yang mengikutinya tetapi saat ia melihat kebelakang tidak ada orang sama sekali. Saat Dina kembali melihat depan Risky tiba-tiba muncul dan mengejutkannya. Dina sudah mulai merasakan hal-hal yang tidak baik, Risky dengan santainya menanyakan Dina jika ia ingin menjadi pacarnya. Dina pun niatnya berbohong dengan mengatakan bahwa ia sudah pacaran dengan Drafa.
Mendengar kenyataan bahwa Dina pacaran dengan Drafa, Risky dengan kesalnya meninggalkan Dina dan langsung pergi. Masih kepikiran dengan pernyataan Dina, Risky berniat untuk mengganggu Drafa dalam bentuk Fisik atau pun mentalnya. Mengetahui bahwa Drafa sedang ada kepentingan di sekolah, Risky kembali ke sekolah dan mencari-cari Drafa. Drafa yang sedang permisi ke toilet, secara tidak sengaja melihat Risky, Drafa sadar kalau ia bolos karena harusnya semua murid kelas 12 ada di kelas tetapi ia tidak. Drafa pergi menghampiri Risky tanpa mengetahui apa yang akan terjadi padanya.
Belum juga menyapa atau bertanya, Risky langsung memukul Drafa saat baru melihatnya. Drafa langsung tumbang dan langsung tidak sadarkan diri karena pukulannya sangatlah keras. Tidak seberapa lama Drafa ditemukan oleh seorang guru dan langsung dibawa ke UKS. Waktu sadarkan diri dan kondisinya sudah membaik guru-guru langsung bertanya kenapa dia bisa ditemukan tidak sadarkan diri. Drafa menjawab kalau dia dipukul oleh Risky.
Seketika Risky langsung dipanggil ke ruang BK, guru langsung bertanya apa motif darinya sampai berani memukul murid lain hingga tidak sadarkan diri. Setelah mendengar pernyataan Risky, guru-guru menyimpulkan untuk memindahkannya ke sekolah lain karena motifnya hanya karena iri dengan hubungan orang lain dan itu merupakan hal yang sangat bodoh untuk dijadikan hal yang mendorongnya untuk menyakiti orang lain.
Besoknya Dina dan Drafa kembali bertemu saat jam makan siang, Dina sudah mendapat kabar dari penyebab mengapa Drafa mengalami sedikir mengalami luka memar di kepalanya. Sambil tersenyum Dina bertanya apa yang Drafa bahas saat acara kemaren. Drafa bilang kalau ia mendapat kemudahan bahwa dia akan dipercepat masuk kuliah karena hasil belajarnya yang sangat luar biasa. Ekspresi Dina yang tadi senang tertawa seketika menjadi sedih, Dina mengungkapkan bahwa ia selalu nyaman dan merasa ada teman yang sangat dekat. Bahkan saat ia bilang ke Risky jika ia sudah pacaran dengan Drafa, itu sebenarnya merupakan keinginan Dina.
Mendengar ungkapannya, Drafa menjadi dilema mau tetap SMA dulu atau langsung kuliah. Setelah lama berfikir Drafa memutuskan untuk melanjutkan kekuliah tetapi ia berpesan ke Dina jika ia ingin berbicara dengannya kirim lah surat ke alamatnya. Mereka pun saling tersenyum.
Duri, 17 October 2021
Untuk pemuatan karya sastra (Puisi, Cerpen, Pentigraf, Esai, Pantun, Kritik, Resensi, Peristiwa Budaya, dan tulisan sastra lainnya) silakan dikirim melalui surel:
redaksi.tirastimes@gmail.com