ESAI : Ulasan Buku Musdah Mulia (Bagian Pertama)

228
Tulisan Terkait
Berita Lainnya

Buah Hati: Puisi Maya Safitri

Loading

Dalam perjalanannya,  demokrasi  negeri ini, ternyata telah banyak dibajak oleh kaum kapital dimana kaum kapital yang telah dilahirkan oleh sebuah sistem yang korup, berhasil menyandera banyak kebijakan publik agar pro pada kepentingan kaum kapital.     Ishak Rafick, dalam trilogi bukunya: (1) Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia (Change, 2008); (2) BUMN Expose: Menguak Pengelolaan Aset Negara Senilai 2.000 Triliun Lebih (Change , 2010 ); (3)  Jalan Lintas Mencegah Revolusi Sosial (Change, 2014), telah memberikan uraian yang akurat berkenaan dengan pengelolaan negara berkaitan dengan kekayaan alamnya (Ishak Rafik: 2014;  201).  Apa implikasinya dengan yang dikeluh kesahkan oleh Buku MR? Bahwasanya pembeayaan untuk pemenuhan HAM EKOSOB dinilai cukup bila pengelola negara ini serius dan profesional dalam memenuhi amanatnya, serta bersikap membela kedaulatan dan nasib rakyat banyak,  tidak menghamba pada kehendak asing, mendahulukan kepentingan nasional dibandingkan kepentingan asing (kasus penjualan gas yang lebih murah dibandingkan dengan harga domestik, pajak atas banyak perusahaan asing, prosentasi  royalti yang rasional dan patut).

Nasib wanita yang menjadi jongos di negeri orang, tak akan terjadi bila pembangunan di desa-desa dilakukan, dan  pembangunan di daerah dan desa-desa dapat dilakukan karena ditopang oleh pembeayaan yang cukup dan besar, karena sumber-sumber dananya telah diurus secara benar, tanpa penyimpangan. Wal hasil, menurut hemat saya, masih jauhnya pemenuhan, penghormatan, perlindungan HAM EKOSOB menyebabkan nasib wanita semakin terlunta-lunta. Di ranah domestik, menyebabkan banyak rumah tangga yang mengalami krisis ekonomi dan berdampak pada krisis rumah tangga: dan ujung-ujungnya membuat lagu sedih bagi kaum wanita dan anak-anak. Pantaslah seorang penyair Dr. Ahmad `Sastra (2020: 25),  menyatakan:

banyak anak negeri yang hanya menjadi babu di negeri orang/ mereka seringkali disiksa dan dianiaya/ jika negeri ini belum mampu memulangkan mereka/ memberi pekerjaan layak dan mensejahterakan/ jangan teriak merdeka !/ lebih baik diam dan berfikir/ malu kita/  

Untuk pemuatan karya sastra (Puisi, Cerpen, Esai, Kritik, Resensi, Peristiwa Budaya, dan tulisan sastra lainnya) silakan dikirim melalui surel: 
redaksi.tirastimes@gmail.com

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan