Puisi Untuk Sang Guru – Husnu Abadi

100

PUISI UNTUK SANG GURU

/Prof. Solly Lubis

Pada hari yang bersejarah ini
Aku ingin menulis surat buatmu, sang guru
yang selama ini telah memberikan cahaya
pada ribuan anak negeri
ketika nyanyian kegelapan masih saja berbunyi
dan senandung kemiskinan masih terdengar di sanasini
akupun ingin mengajukan pertanyaan pada sang guru
masih jauhkan pelayaran ini hingga ke pelabuhan tujuan ?
sementara dengan usia, kita tidak bisa berkompromi
usia memang sebuah rahasia dari sang empunya
dan kita pun hanya berharap agar tetap berada di jalannya
jalan yang lurus seperti yang telah dilalui oleh banyak para guru

aku mencatat kehadiranmu yang lebih awal dari adanya negeri ini
lima belas tahun yang penuh derita dan luka
karena negeri ini selalu diperebutkan oleh mereka
yang datang dengan nafsu keserakahan dan perbudakan
bersama senjata, akal licik dan adu domba
bersama gulden, politik belah bambu dan rayuan tahta

dan kini sang guru berada di sebuah negeri
yang kebebasannya telah mencapai usia 75 tahun
yang seharusnya negeri ini telah dapat berdiri sendiri
yang seharusnya kekayaan alamnya untuk rakyatnya sendiri
yang seharusnya yang kaya tidak menipu kaum papa
yang seharusnya sang lurah tidak bermain mata dengan pengusaha

Tulisan Terkait

Rempang: Husnu Abadi

aku tulis surat ini, ketika sang guru sedang merenung di kilometer 90
aku ingat ketika sang guru, menulis sebuah puisi di tahun 97
ketika sang guru berumur 67 tahun
sebuah usia manusia emas
sebuah puisi yang lazimnya disuarakan oleh kaum demonstran
“petani mengadu pada wakil rakyat
Lahan hidupnya digusur
Ada pengusaha tiba-tiba nongol
Bawa surat hak guna usaha”
Di depan kami
Isteri petani miskin ini menangis
Meratapi hidup makin melarat
Terjungkal diterjang konglomerat”

Dimanakah petani itu sekarang, sang guru ?
Mungkinkah tangisan derita petani masa lalu itu
Semakin menjadi-jadi di tahun Corona ini ?

Baiklah sang guru
Tugas dan pengabdianmu telah sempurna
Bahkan telah melebihi dari yang seharusnya
Semuanya telah dicacat dengan tinta emas
Tak seorangpun yang meragukannya
Dari jauh, doa murid-muridmu juga yang akan mengiringimu
Demi kesehatan dan keihklasanmu
Dan dari doa-doa mereka itulah
yang insya Allah tak kan pernah berhenti mengalir
Amien

Pekanbaru, 2020

Puisi ini untuk menghargai ulang tahun ke 90, Prof. Dr. M. Solly Lubis, Guru Besar Fakultas HuKum Universitas Sumatera Utara. Lahir pada 11 Februari 1930, di Lumut, Tapanuli Tengah. Menamatkan pendidikan Sarjana Hukum pada 1964 dan Doktor Hukum 1983, dosen FH USU dan terakhir menjabat Ketua Program Doktor Hukum USU 1997- 2005. Telah menerbitkan sekitar 12 buah buku tentang Hukum Tata Negara dan Kebijakan. Selain itu aktif dalam penulisan sastra dan mengikuti kegiatan sastra baik di dalam maupun di luar negeri ( Ipoh, Penang, Narathiwat, Pattani ). Buku Puisinya adalah SAFARI (2004) yang menghimpun puisi, sketsa, serta esei sastra.

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan