

Judul : Uang Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya
Penulis : Erwien Kusuma
Cetakan : Pertama, Januari 2021
Tebal : xvi + 280 halaman
ISBN : 978-623-241-617-8
Penerbit : Penerbit Buku Kompas, Jakarta
Sejarah Indonesia dapat dilihat dari berbagai macam sudut pandang yang menarik. Indonesia Raya mempunyai sejarah yang brilian dan menawan serta unik untuk diketahui secara menyeluruh dari hati sanubari paling dalam. Salah satu sejarah unik di bumi Ibu Pertiwi ini adalah sejarah uang beserta perkembangannya dari waktu ke waktu dalam bingkai sejarah bagi persatuan dan kesatuan Indonesia.
Buku yang ditulis oleh Erwien Kusuma ini perlu untuk diketahui oleh banyak pihak terutama generasi muda mengingat merekalah yang kelak menjadi generasi penerus negeri bahari indah ini. Pengalaman Erwien Kusuma yang pernah mengabdi di Museum Bank Indonesia tentu menjadi ciri khas yang menambah bobot buku sejarah ini. Kecintaan Erwien Kusuma pada sejarah Indonesia tampak begitu nyata dalam buku yang disusun dari keseriusan dalam tiap analisis sejarah dan ketelitian sejarah.
Buku ini terdiri dari 5 bab yang secara menyeluruh membahas perkembangan uang di Nusantara. Setiap bab disajikan dengan menyertakan gambar-gambar yang berkaitan erat dengan sejarah uang dan perkembangannya di Indonesia. Dalam sejarah, gambar mampu menceritakan banyak hal dan menarasikan ragam cerita sejarah. Bagi peminat sejarah yang ingin mendalami mengenai sejarah uang Indonesia, pada bagian daftar pustaka buku ini, terdapat buku, artikel, surat kabar, dan sumber gambar sehingga sejarah unik uang Indonesia dapat diketahui secara lebih lanjut. Perjalanan dan perkembangan uang di Nusantara dan di Indonesia tentunya menjadi pelajaran dan pengalaman berharga dalam melihat masa lalu dan menatap masa depan dengan optimisme bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Erwien Kusuma dalam prolog buku ini (hlm. xvi) berharap dengan membaca kisah tentang uang Rupiah, kita semua akan mengenal uang Rupiah dan mencintainya sepenuh hati, hingga tergerak melindunginya dari momok inflasi dan membuatnya kuat ketika berhadapan dengan mata uang lainnya di dunia.
Mengenai logam dan emas, Erwien Kusuma menulis (hlm. 6), agaknya emas menempati peringkat pertama sebagai logam yang digunakan sebagai alat pembayaran. Berbeda dari tembaga yang berubah menjadi hijau, besi yang berkarat, dan perak yang memudar, emas murni tidak berubah. Dari logam-logam itulah, peradaban umat manusia menciptakan uang koin sebagai alat pembayaran.
Budaya menabung ternyata telah dilakukan oleh masyarakat dahulu kala. Hal ini dibuktikan dari situs purbakala Trowulan, bekas ibu kota Kerajaan Majapahit dengan ditemukannya celengan terakota. Ini adalah gambaran bagaimana budaya menabung yang paling awal di Nusantara sudah ditemukan di Majapahit. Ini sekali lagi dapat membuktikan bagaimana makmurnya kehidupan Majapahit masa itu. Masyarakatnya dapat menyisakan sebagian uangnya untuk menabung dalam celengan dengan berbagai bentuk. Celengan adalah salah satu benda yang lazim dimiliki oleh setiap rumah tangga yang hidup di Kerajaan Majapahit (hlm. 34).
Sejak awal abad ke-14 hingga 16 Masehi, Samudra Pasai yang telah berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat perkembangan agama Islam di Selat Malaka memproduksi mata uang emas yang disebut deureuham atau dirham (hlm 45). Menurut T. Ibrahim Alfian (2005), di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad Malik az Zahir (1297-1326), Samudra Pasai mengeluarkan mata uang emas yang dianggap sebagai mata uang emas tertua yang dikeluarkan oleh kerajaan Islam di Asia Tenggara (hlm. 46).
Mengenai uang bergambar wayang, Erwien Kusuma memberikan analisis yang menarik berikut ini (hlm. 110-111): Sebelum kekuasaannya berakhir, pada 1943 tentara pendudukan Jepang mengeluarkan uang kertas dengan gambar wayang. Bagi orang-orang Indonesia yang mengamati perkembangan uang, gambaran uang kertas Jepang itu menyerupai gambaran uang kertas yang dikeluarkan oleh De Javasche Bank pada tahun 1939, tiga tahun sebelum Hindia Belanda runtuh. Oleh karena itu, ada saja yang kemudian membuat opini bahwa uang wayang adalah uang pertanda akan berakhirnya kekuasaan yang menerbitkannya. Baik pemerintah Hindia Belanda maupun tentara pendudukan Jepang masing-masing menerbitkan uang kertas bergambar wayang dan tak lama kemudian kekuasaan keduanya berakhir. Hal ini tentu boleh dipercaya atau tidak!
Setelah Indonesia Merdeka, terbitlah ORI (Oeang Republik Indonesia). Mengenai ORI, Erwien Kusuma menulis (hlm. 148-149): Bagi sebagian besar rakyat Indonesia saat itu, ORI tidak hanya alat penukaran, alat pengukur harga, atau alat pembayaran yang sah yang menggantikan mata uang Jepang. Lebih dari itu, ORI adalah uang Republik Indonesia, negara yang baru saja merdeka dengan segala cita-cita yang dimilikinya telah menjelma dalam tiap lembar ORI yang mereka miliki. Sebelumnya, rakyat Indonesia sebagai sebuah bangsa yang merdeka belum pernah merasakan memiliki uang kertas atau logam dengan gambara seseorang tokoh pemimpin dari bangsanya sendiri. Hingga akhirnya terbitlah ORI, uang kertas pertama milik bangsa Indonesia yang berhasil menyatukan mereka di bawah naungan Rupiah, dan tentu saja gambar pemimpin negara yang menjadi simbol pemersatu, yaitu Presiden Soekarno.
Keunikan uang logam khusus peringatan Seri Cagar Alam yang diterbitkan oleh Bank Indonesia itu sempat mendunia karena pada 7 Juli 1974, uang pecahan Rp 2.000 yang bergambar harimau Jawa sempat digunakan sebagai alat pengundi (toss) pada pertandingan final kejuaraan sepak bola dunia (World Cup) di Munich, Jerman, antara kesebelasan Jerman Barat vs Belanda (hlm. 237).
Pada bagian epilog, Erwien Kusuma menulis perihal generasi sekarang yang telah akrab dengan transaksi tanpa kartu karena hanya bermodalkan telepon genggam pintar (smartphone) yang dilengkapi dengan aplikasi pembayaran digital. Segala transaksi dapat dilakukan dengan lebih mudah. Maka gemerincing uang koin sudah semakin jarang terdengar, lembaran uang kertas sudah digantikan dengan gesekan kartu, lalu gesekan kartu akan segera berubah menjadi pindai! (hlm. 267)
Satu hal yang pasti adalah perjalanan dan perkembangan sejarah unik uang Indonesia selalu menjadi bunyi tersendiri dalam tiap lembaran sejarah yang hadir dan terjadi di negeri maritim, Indonesia dalam berbagai dimensi waktu yang menjadi ciri khas tersendiri dalam dunia sejarah Indonesia tercinta.
Jimmy Frismandana Kudo, Guru PPKN SMA Darma Yudha, Pekanbaru, frismandana@yahoo.co.id