Airmata Melayu Jatuh di Pelimbahan, kepada para pejuang riau: Puisi Fakhrunnas MA Jabbar

52

tudung periuk pandailah menari
nasib yang buruk tinggallah di kami
nyanyian usang selalu bergema kembali
di tiap rentak kaki
di tiap masa berganti

melayu ada pada junjungan
melayang di awang-awang
betapa tinggi tak bertiang
jadi tumpahan rindu sepanjang waktu
jadi pelita ‘pabila gulita
jadi api ‘pabila sepi
jadi tumpuan segala harapan
jadi ingatan sepanjang zaman
takkan melayu hilang di bumi

musim berganti
angin berubah arah
para melayu memanggul sejarah
penuh luka
masa lalu kian terkubur lama
seperti burung-burung pergi tak kembali
meski selalu dinanti
keperihan menyebat cita
duka lara tak habis sudah
kata-kata terbata-bata
di antara langkah terlunta

para melayu dikepung kuasa
demi pembangunan
terusir dari kampung halaman
laksana debu dihembuskan
melawan penuh upaya
bertahan adalah siksa
berdiam adalah hina
nasib kini dipertaruhkan
terancam bak orang jajahan

Tulisan Terkait

para melayu di sini beratus tahun bertahta
meski sejak lama angin lirih dari lautan
merenda garis kehidupan
lambai pantai sudah lama jadi sapaan
irama nasib jadi hapalan

airmata melayu kini jatuh di pelimbahan
nestapa mencari tuju di lorong waktu
luka padamu
nestapa di kami

tudung periuk terus menari
nasib buruk tetap tinggal di sini

kuala lumpur, 13 oktober 2023

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan