Hai Maha Wai: Catatan Bambang Kariyawan Ys

55
Tulisan Terkait

Rempang: Husnu Abadi

Berita Lainnya

Loading

Hai Maha Wai:

Puisi tentang Persembahan dan Memaknai Kata “adalah”

Persembahan

Puisi akan memiliki kekuatan bila bait-baitnya ditulis dengan maksud untuk dipersembahkan pada seseorang yang memiliki arti tersendiri bagi penyairnya. Puisi Hai Maha Wai yang ditulis penyair besar kita, Datok Rida K Liamsi sepertinya ditulis sebagai persembahan untuk orang-orang (baca penyair) yang telah mendahului penyair dalam menghadap Sang Pemilik Puisi. Namun bila dicermati lebih dalam puisi-puisi yang ada dipersembahkan pada Sang Segala Pemilik Kata-Kata.

Menggelitik ketika membaca frase Hai Maha Wai. Ada unsur sapaan yang terkesan bersahaja sekaligus mengandung kedahsyatan. Kombinasi “Hai” identik dengan kesajahaan, “Maha” tentu keagungan, sedang “Wai” sapaan yang terkesan disembunyikan identitasnya oleh penyair.

Hai Maha Wai, secara struktur berisikan 26 puisi yang selalu diawali dengan judul Hai Maha Wai. Dikelompokkan dalam tiga penggalan yaitu penggalan Istigfar, Subhanallah, dan Walhamdulillah. Penyair punya alasan tersendiri dalam mengelompokkan penggalan 26 puisi tersebut. Ibarat sebuah perjalanan hidup manusia ingin berada pada titik akhir yang baik meskipun diawali dengan kenaifan seorang umat manusia. Dapatlah kita ibaratkan siklus fase tumbuh (kiasan istigfar), fase berkembang dan berproses (kiasan subhanallah), dan fase mengakhiri (kiasan walhamdulillah) akan dilalui oleh kita semua umat manusia. Hanya pada akhir seperti apa tergantung kita memaknai tumbuh dan kembangnya umur yang diberikan Tuhan pada kita.

Siklus ini sepertinya “sangat” dipahami penyair yang memasuki kematangan usia dan karya memilih akhir yang sangat diusahakan terbaik. Terbaik dalam bentuk kepasrahan sebagai makhluk ciptaan Sang Maha. Memilih puisi-puisi sebagai persembahan terbaik sebagai pertanggungjawaban atas diciptakannya diri sebagai makhluk. Mengharu biru ketika membaca “Beri Aku Sajadah”

Sosok compang camping

Dari masa laluku

Bertabik di pintu

: Beri aku sajadah

Lalu terdengar isak tangis

seperti puisi yang dibacakan di malam

yang kehilangan detak jarumnya.

Struktur kepenulisan judul yang menempatkan Hai Maha Wai sebagai judul utama dan kemudian dilanjutkan anak judul, menandakan kekuatan “Maha” kemudian “Personal”. Di sinilah keindahan sekaligus kelincahan penyair bermain simbolik persembahan utama kepada Sang Maha yang selayaknya dipersembahkan, baru turun pada persembahan puisi kepada sahabat penyair sebagai makhluk ciptaan Sang Maha. Sahabat-sahabat penyair terbaik yang akan kita kenang selalu dalam dunia kepenyairan. Mereka yang tercatat antara lain AN, Umbu Landu Paranggi, SDD, AL, Jumari Hs, dan Syahida Safira.

Makna “adalah”

Dalam buku puisi “Hai Maha Wai” ini terdapat identitas yang unik bila kita amati. Identitas itu berupa hadirnya kata “adalah” yang membuka pengertian akan sesuatu perbincangan. Melalui kata “adalah” kita akan menemukan sesuatu yang baru, bahkan dapat kita jadikan kata-kata yang memiliki kekuatan bahkan dapat menjadi “quotes” yang akan menghiasi lembaran-lembaran buku harian dan status media sosial. Terdapat 17 makna kata “adalah” yang dilanjutkan dengan defenisi yang memiliki kekuatan kata untuk dikenang.

            Dari 17 makna kata “adalah” dapat dilihat definisi tentang puisi. “Puisi” adalah catatan cinta yang tertunda dan memerlukan juru bicara yang lain untuk menafsirkan pedihnya. (Apakah Cinta Masih Dipercaya?, h. 65). Definisi tentang “Kematian” adalah mahapuisi yang kita tak tahu bila kita berhenti menulisnya (Ode untuk Umbu Landu Paranggi, h. 75). Tentang “Kehilangan” adalah ingatan yang kerap bangkit seperti butir air yang menguap (Mengenang SDD, h. 77-78). Tentang “Cinta” adalah sepatah kata yang tak pernah berkhianat, meskipun menyisakan bepuluh bekas luka (Mengenang Jumari HS), h. 88). Tentang “Kenangan” adalah sembilu kehidupan (Stanza Padang Panjang, h. 151).

            Setidaknya penyair sedang berusaha mempersembahkan yang terbaik untuk Sang Maha meski melalui satu huruf dari tujuh yang tak ada dalam Al-Fatihah.

Hai Maha Wai

Pinjamkan aku meski hanya satu

Hanya Kau Yang Maha Tahu

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan