

Membaca novel Merah Jambu seperti memasuki dunia baru yang tidak terpikirkan sama sekali tetapi sering terjadi. Penulis membawa cerita dengan alur yang sederhana dan apa adanya namun memikat hati. Bagaimana tidak di dalam Novel Merah Jambu, pengarang bercerita tentang perjodohan seorang anak yang masih duduk di bangku kuliah dengan seorang polisi oleh ayah dan kakak laki-lakinya. Dua tokoh utamanya adalah Aisyah Khoirunnisa dan Raka.
Aisyah Khoirunnisa adalah seorang gadis cantik, pintar, manja dan keras kepala. Ia seorang mahasiswa dari Universitas Riau yang berada di Pekan Baru. Ia memiliki prestasi yang sangat luar biasa. Melalui perjalanan panjang, Aisyah dan Raka akhirnya menikah dan di karuniai 2 anak perempuan kembar, tapi sebuah ikatan rumah tangga tidaklah jauh dan luput dari berbagai macam konflik dan permasalahan, mulai dari konflik saat sebelum menikahnya Aisyah dan Raka, yaitu Andre yang mengajaknya menikah. Hati dan perasaannya menginginkan hal tersebut, tapi ia kembali memikirkan perasaan keluarganya. Ia tak mau menyakiti ayahnya dengan memilih memendam perasaannya kepada Andre.
Selanjutnya, saat mereka sudah menikah, konflik lain dating, saat cinta tumbuh, mereka justru berpisah karena tugas Raka sebagai abdi Negara. Belum lagi bagaimana Aisyah menahan hati dan perasaan saat ada yang menghina profesi suaminya terang-terangan di depannya, sementara dia tahu kejujuran suaminya.
Akhir cerita ini menekankan bahwa cinta sejati terkadang tidak datang langsung di hati kita, tapi cinta sejati akan datang saat kita ikhlas dan menerima takdirnya. Melalui novel ini kita bisa belajar banyak hal, seperti, tidak semua yang kita sangka baik, baik pula menurut Allah. Melalui novel ini juga kita bisa belajar tentang arti kekuatan, keberanian dan kelembutan.
Poin penting dari novel Merah Jambu ini adalah kisahnya yang sarat akan nilai kejujuran. Hal ini ditunjukkan dari sikap Aisyah yang jujur kepada dirinya bahwa ia tidak menyukai orang yang akan dijodohkan kepadanya. Selanjutnya, terdapat juga nilai kesetiaan. ditunjukkan pada saat Raka sedang bertugas keluar daerah, Aisyah sebagai istri yang memegang teguh prinsip kesetiaannya tetap bertahan walaupun berbagai cobaan menghadang. Hal ini juga menunjukkan suatu nilai kesabaran dalam penantian.
Ada pula nilai pengorbanan, dituangkan dengan sikap mengorbankan perasaannya demi kepatuhannya kepada sang ayah, dan itu menunjukkan sikap yang tidak semua orang bisa melakukannya. Seperti kita ketahui, saat ini tidak sedikit yang bertahan pada ego pribadinya. Akan tetapi Aisyah berani mengorbankan banyak waktu, tenaga, maupun emosinya dalam menjalankan tugasnya baik sebagai seorang istri abdi Negara dan sebagai anak yang berbakti.
Dalam novel ini juga termaktub nilai adat dan budaya dari suku Melayu diekspresikan pada bagian prosesi pernikahan Aisyah dan Raka, seperti malam berinai, upah-upah, tepung tawar. Selain itu ada juga adat Mandailing, ditunjukkan pada bagian akhir pesta pernikahan, yaitu Ambat boru Tulang yaitu mencegah sepupu yang menikah pada saat akan meningggalkan rumah kediamannya. Hal ini juga menjadi hal unik dan menarik serta menambah kekayaan pada novel yang ditulis Reni Juniarti kali ini.
Pesan moral dalam novel ini cukup kuat, yaitu setiap keinginan tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya hidup menuntut pengorbanan dan keberanian untuk menghadapi kenyataan. Keindahan bahasa juga terlihat pada gaya penulisan yang puitis, seperti pada frasa dan kalimat berikut; saudara seperut, suara air yang menghipnotis, hati bagai terhantam palu godam, serta gaya bahasa lainnya. Beberapa bagian dari novel ini seolah membuat pembaca ikut masuk ke dalam cerita. Reni Juniarti mengajak pembaca untuk merenungkan apa arti cinta sejati pada penerimaan dan pengertian terhadap diri sendiri dan orang lain.
Latar cerita yang realistis menjadi daya tarik tersendiri. Novel ini membawa pembaca ke dalam situasi yang mereka lewati dalam kehidupan sehari-hari, hal ini membuat cerita terasa dekat dan membekas, karena pembaca bisa melihat cerminan hidup mereka sendiri di dalamnya. Sebagai pembaca, kami tidak hanya menemukan kelebihan di dalam novel ini, tetapi kami juga menemukan beberapa kelemahan, diantaranya sebagai berikut:
1. Alur yang cenderung klise
Novel ini mengikuti pola klasik, seperti perjodohan yang zaman sekarang sangat jarang disukai anak muda, setiap konflik mudah ditebak.
2. Konflik yang kurang kompleks
Konflik dalam novel ini terasa dangkal dan mudah terselesaikan. Misalnya, ketika terjadi konflik atau salah faham antar dua tokoh, penyelesaian konfliknya cenderung sederhana dan tidak melibatkan proses emosional yang lebih dalam.
Akan tetapi, kelemahan ini bersifat subjektif dan tidak mengurangi nilai positif dari novel Merah Jambu secara keseluruhan. Novel ini tetap memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi pembaca yang menyukai kisah cinta dengan gaya bahasa yang ringan dan sederhana. Pembaca juga menikmati pesan cinta dan kejujuran emosional yang disampaikan oleh penulis karena pendapat mengenai kelebihan dan kekurangan pada novel ini, juga tergantung pada pembaca itu sendiri. Salah satu aspek yang bernilai positif dan mengapresiasi dalam novel ini adalah Reni Juniarti menggambarkan cinta bukan hanya sebagai sesuatu yang indah, tapi juga sebagai sebuah proses pembelajaran.