Mengunjungi The Grande Mosque, Paris pada Hari jumat : Tutin Apriyani

Mengunjungi The Grande Mosque, Paris pada Hari jumat : Tutin Apriyani

56

Mengunjungi The Grande Mosque, Paris pada Hari jumat

Oleh Tutin Apriyani

Paris, kota cahaya yang dikenal dengan Menara Eiffel, Louvre, dan budaya kosmopolitannya, ternyata juga memiliki sisi religius yang menarik. Salah satu tempat ibadah yang mencerminkan keberagaman kota ini adalah The Grande Mosque de Paris atau Masjid Raya Paris. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol keberagaman dan penghormatan Prancis terhadap umat Islam.

Pada suatu siang di tahun 2014, saya bersama suami, sastrawan Fakhrunnas MA Jabbar berkesempatan mengunjungi masjid bersejarah ini. Perjalanan ke sana ditemani oleh Dr. Etienne Naveau, seorang dosen senior di Institut National des Langues et Civilisations Orientales (INALCO), beserta istrinya, Bu Mira, yang berasal dari Indonesia.

Perjalanan Menuju The Grande Mosque de Paris

Kami berangkat dari pusat kota Paris, menyusuri jalanan dengan trotoar lebar yang dipenuhi oleh bangunan-bangunan klasik khas Eropa. Dr. Etienne yang akrab disapa dengan nama kecilnya, Etienne, bercerita tentang bagaimana masjid ini didirikan oleh pemerintah Prancis sebagai bentuk penghargaan terhadap umat Islam, khususnya mereka yang berasal dari kawasan Maghribi—Maroko, Tunisia, dan Aljazair.

Masjid ini dibangun pada tahun 1926 sebagai pengakuan atas jasa-jasa tentara Muslim yang turut berperang membela Prancis dalam Perang Dunia I. Arsitektur masjid ini terinspirasi dari gaya Moorish, dengan kubah hijau dan menara yang menjulang tinggi, mengingatkan pada keindahan masjid-masjid di Afrika Utara.

Kami tiba di depan masjid sesaat sebelum azan berkumandang. Di sekitar area tersebut, tampak beberapa orang berbincang dalam bahasa Arab dan Prancis. Suasananya terasa begitu hidup. Etienne pun menyempatkan diri berbincang dengan salah satu pengurus masjid, memperkenalkan kami sebagai muslim dari Indonesia.

Suasana di Dalam Masjid

Saat waktu Jumat tiba, suamiku bergegas ke dalam masjid yang sudah penuh sesak. Usai Jumat, suami menceritakan pengalamannya shalat Jumat di masjid raya Paris itu. Suasananya di dalam masjid padat sekali. Jamaah yang datang berasal dari berbagai latar belakang etnis, sebagian besar keturunan Arab yang berkulit agak gelap, kemungkinan besar dari negara-negara Maghribi.

Karena telat masuk, suami tidak mendapatkan tempat di bagian dalam masjid. Akhirnya, dia harus puas duduk di bagian pelataran yang sudah dipenuhi oleh sandal dan sepatu para jamaah lainnya. Meskipun begitu, dia tetap merasa bersyukur masih bisa mengikuti salat Jumat di salah satu masjid terbesar di Eropa ini.

Berita Lainnya

“Jarak antara tempat duduk saya dengan khatib lebih dari 500 meter, dan terhalang oleh tembok bangunan. Akibatnya, saya hanya bisa mendengar khutbah dalam bahasa Prancis tanpa bisa melihat langsung khatibnya. Sementara itu, ratusan jamaah lainnya bahkan harus rela duduk di pekarangan sekeliling masjid, di antara tanaman bunga yang tumbuh rapi. Untungnya, cuaca saat itu cukup bersahabat, menjelang musim gugur yang sejuk,” cerita Fakhrunnas.

Keistimewaan Masjid Raya Paris

The Grande Mosque de Paris bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan keislaman. Masjid ini memiliki perpustakaan yang menyimpan berbagai literatur Islam, sebuah madrasah untuk pendidikan agama, serta hammam (pemandian ala Turki) yang terbuka untuk umum.

Selain itu, masjid ini juga memiliki kafe dan restoran yang menyajikan makanan khas Timur Tengah dan Maghribi. Teh mint ala Maroko dan berbagai hidangan seperti couscous serta tajine menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung, baik muslim maupun non-muslim.

Dr. Etienne menceritakan bahwa masjid ini juga sering menjadi tempat pertemuan antara komunitas Muslim dan masyarakat Prancis secara umum. Hal ini mencerminkan semangat toleransi yang ingin ditanamkan oleh pemerintah Prancis terhadap keberagaman budaya dan agama di negara mereka.

Menunggu di Kafe Sekitar Masjid

Sementara suami menunaikan salat Jumat, saya bersama Dr. Etienne dan Bu Mira menunggu di sebuah kafe yang berjarak sekitar 500 meter dari masjid. Kafe-kafe di sekitar masjid ini memang sering menjadi tempat berkumpul bagi para jamaah yang datang bersama keluarga atau teman mereka.

Di sana, mereka menikmati secangkir kopi sambil berbincang ringan. Etienne, yang memiliki ketertarikan terhadap budaya Islam, menceritakan lebih banyak tentang sejarah hubungan Prancis- Indonesia dan dunia Islam. Ia menjelaskan bahwa Prancis memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa Barat, yang sebagian besar berasal dari bekas koloninya di Afrika Utara.

Kami juga membahas bagaimana kehidupan Muslim di Prancis, termasuk tantangan yang dihadapi dalam menjalankan ibadah di negara sekuler. Meskipun pemerintah Prancis telah membangun masjid ini sebagai bentuk penghargaan, isu-isu terkait kebebasan beragama masih menjadi perbincangan di kalangan komunitas Muslim.

Setelah salat Jumat selesai, suamiku keluar dari masjid dan kembali bergabung dengan kami di kafe. Suami menceritakan pengalaman mengikuti salat di sana, termasuk bagaimana ramainya suasana dan sulitnya mendapatkan tempat di dalam ruangan utama masjid.

Meski demikian, ada perasaan haru dan bangga bisa mengunjungi masjid terbesar di Eropa. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol eksistensi Islam di Prancis, sebuah negara yang dikenal dengan prinsip sekularismenya.

Pengalaman ini mengajarkan saya tentang bagaimana Islam tetap bertahan dan berkembang di negeri yang mayoritas penduduknya non-Muslim. Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, keberadaan masjid ini menjadi bukti bahwa Islam memiliki tempat di hati para pemeluknya, di mana pun mereka berada.

Sebagai seorang muslim dari Indonesia, saya merasa beruntung bisa menyaksikan sendiri kehidupan keagamaan di negeri yang jauh dari tanah air. The Grande Mosque de Paris bukan hanya tempat untuk bersujud, tetapi juga cerminan dari keberagaman dan toleransi yang seharusnya menjadi bagian dari kehidupan kita bersama.***

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan