Militansi dalam Berkomunitas Sastra: Catatan Bambang Kariyawan Ys.

73

Tulisan ini merupakan lanjutan Bincang Sastra yang ditaja oleh Suku Seni Riau (16/8/2024). Bincang bertajuk “Komunitas Sastra: Gelanggang Tempat Berkampung, Hilang Dengung Sunyi Bergaung” menghadirkan Kunni Masrohanti (Rumah Sunting), Musa Ismail (Sastrawan), Marhalim Zaini (Suku Seni Riau), Muhammad Toha Machsum (Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau), dan pelaku komunitas sastra.
Banyak catatan menarik kala bincang sastra yang dipandu Laposa Mirdja tentang regenerasi komunitas, peran pemerintah, dan posisi Gen Z dalam komunitas, serta penokohan yang memiliki sikap militan (militansi) akan komunitas yang dibangunnya.
Diksi “militansi” yang muncul pada bincang itu menjadi catatan menarik untuk dilanjutkan dalam tulisan sederhana ini.
Komunitas sastra telah menjadi ruang bagi para penulis, pembaca, dan pecinta sastra untuk berkumpul, bertukar pikiran, dan mengembangkan kreativitas mereka. Di tengah perubahan zaman yang cepat, militansi dalam berkomunitas sastra menjadi semakin penting. Militansi di sini bukan dalam arti kekerasan, melainkan semangat yang kuat, keberanian untuk bertahan, dan komitmen untuk terus berkontribusi dalam dunia sastra.

Arti Militansi dalam Komunitas Sastra

Militansi dalam konteks komunitas sastra merujuk pada keteguhan dan kesungguhan dalam menjalani aktivitas sastra. Ini meliputi:

1. Anggota komunitas yang militan memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai yang dianut komunitas, seperti kebebasan berekspresi, kebersamaan, dan keberagaman dalam sastra. Mereka juga memahami tujuan jangka panjang komunitas, seperti mempromosikan literasi dan memperkaya kehidupan budaya masyarakat.

2. Komunitas sastra sering kali menghadapi berbagai tantangan, mulai dari minimnya dukungan finansial hingga kurangnya apresiasi dari masyarakat luas. Militansi berarti memiliki ketahanan untuk terus bergerak maju meskipun menghadapi hambatan-hambatan tersebut.

Tulisan Terkait

3. Militansi ditunjukkan melalui keterlibatan aktif dan berkelanjutan dalam kegiatan komunitas, seperti diskusi sastra, lokakarya, penerbitan karya, dan acara lainnya. Anggota yang militan tidak hanya hadir, tetapi juga aktif berkontribusi dan mendorong orang lain untuk turut serta.

Pentingnya Militansi dalam Komunitas Sastra

1. Militansi membantu membangun dan memperkuat identitas kolektif komunitas. Anggota yang memiliki semangat juang yang tinggi menciptakan ikatan yang kuat di antara mereka, yang pada gilirannya memperkuat solidaritas dan keberlangsungan komunitas.

2. Militansi dalam berkomunitas sastra juga berperan dalam mendorong pertumbuhan sastra itu sendiri. Dengan keterlibatan yang intens, komunitas dapat menghasilkan lebih banyak karya sastra yang berkualitas dan memperluas jangkauan pengaruhnya.

3. Komunitas sastra yang militan lebih mampu bertahan dalam menghadapi tekanan eksternal, seperti perubahan sosial, politik, atau ekonomi yang mungkin mengancam keberadaan mereka. Militansi memungkinkan komunitas untuk beradaptasi dan menemukan cara baru untuk tetap relevan.

Militansi dalam berkomunitas sastra adalah elemen penting yang memastikan keberlangsungan dan pertumbuhan komunitas tersebut. Dengan semangat juang yang kuat, anggota komunitas dapat terus berkontribusi, menghadapi tantangan, dan memperkuat ikatan di antara mereka. Pada akhirnya, militansi inilah yang akan menjaga api sastra tetap menyala di tengah segala perubahan zaman.

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan