

Ada hal menarik seusai kegiatan “Kelas Mahir Penulisan dan Penerjemahan Cerita Anak Dwibahasa” yang ditaja Balai Bahasa Provinsi Riau. Ketertarikan itu karena berbagai peluang dalam sastra anak sebagai genre kepenulisan sekaligus peluang ekonomi kreatif. Acara yang dipandu oleh pakar cerita anak di Indonesia, Bambang Trim dan Ali Muakhir selama dua hari (6 s.d. 7 Februari 2024) membuat penulis terusik untuk mendalaminya.
Peluang
Peluang-peluang cerita anak didasarkan data Komite Buku Nasional, genre buku anak berada di peringkat kedua dengan penjualan buku terbesar di Indonesia. Pada 2018 (semoga ada data terbaru), dari 34,7 juta buku yang terjual, sebanyak 4,4 juta buku yang terjual adalah buku anak. Sedangkan buku novel berada di peringkat teratas dengan penjualan sekitar 6,4 juta buku.
Menurut Wedha Stratesti Yudha selaku Wakil Ketua Umum IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) Bidang Kerja Sama dan Hubungan Luar Negeri, perkembangan buku anak di Indonesia saat ini menuju arah yang lebih baik. Buku anak adalah dua besar kategori yang paling laku di toko buku terkenal setelah novel.
Peluang-peluang tersebut dapat didetilkan dengan kita memahami esensi dari cerita anak. Menurut Tarigan (1995: 5) cerita anak sebagai karya tulis yang mengambarkan perasaan dan pengalaman anak-anak serta dapat dimengerti dan dipahami melalui mata anak-anak. Cerita anak menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak-anak, yakni bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pemahaman anak. Selain itu, pesan yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai, moral, dan pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pemahaman anak-anak. Dengan kata lain, cerita anak adalah cerita yang dilihat dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Sastra anak dapat menceritakan berbagai hal, termasuk kisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan berperasaan seperti layaknya manusia (Nurgiyantoro, 2005 : 7).
Menulis cerita anak memerlukan pemahaman akan esensi cerita anak, penjenjangan buku, papan cerita, ilustrasi, kearifan lokal, STEAM (Science, Technology, Engineering, Art dan Mathematic), GENSI (Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial), karakter, dan standar umum kepenulisan. Materi ini diperlukan agar hadir cerita anak yang dapat menggembirakan sekaligus berfaedah.
Tantangan
Menulis cerita anak pun penuh tantangan sekaligus kegembiraan. Meskipun hasil akhirnya dapat menginspirasi dan menghibur generasi mendatang, proses menciptakannya seringkali melibatkan berbagai hambatan yang harus diatasi. Tantangan itu antara lain:
Menciptakan narasi yang sesuai dengan pemahaman dan perspektif anak-anak adalah tantangan utama. Penulis harus bisa menggali kembali ke dalam ingatan dan imajinasi mereka sendiri untuk menemukan suasana asli dan dapat terhubung dengan pembaca muda.
Cerita anak sering kali menyelipkan pesan moral atau nilai-nilai penting tanpa terlalu terkesan menggurui. Menyampaikan pesan-pesan ini secara halus, tanpa mengorbankan alur cerita dan daya tarik, adalah tantangan tersendiri bagi penulis.
Anak-anak memiliki imajinasi yang luar biasa, tetapi mereka juga ingin dapat mengidentifikasi diri mereka dalam cerita yang mereka baca. Menyelaraskan antara dunia fantasi dan realitas anak-anak sambil tetap memelihara keajaiban imajinasi adalah suatu kerja kreatif yang tinggi.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, menangkap perhatian anak-anak di tengah gangguan dari teknologi adalah tantangan ekstra. Cerita anak harus mampu bersaing dengan game, aplikasi, dan media digital lainnya yang menarik perhatian generasi muda. Penulis dapat memodifikasi kebutuhan digital anak dengan medium penceritaannya.
Penulis juga perlu memahami tahapan perkembangan psikologis anak-anak, termasuk kemampuan membaca mereka, tingkat pemahaman bahasa, dan minat yang berubah seiring bertambahnya usia. Menyesuaikan cerita dengan tingkat perkembangan yang tepat adalah kunci untuk mempertahankan ketertarikan pembaca. Semua ini bisa diatasi oleh penulis yang benar-benar ingin mendalami dan menelisik sedalam yang bisa sehingga segala tantangan itu menjadi peluang yang menjanjikan.
Pekanbaru, 8 Februari 2024