Penantian: Cerpen Syarifah Fitri Karlinawati

129
Tulisan Terkait

Loading

“Mas, nanti kamu pulang jam berapa?” tanyaku pada Mas Yudha.
“Hmmm… Mungkin aku hari ini pulang telat Dek, kamu tunggu di rumah mama saja ya Dek,” kata mas Yudha.
“Ok, baiklah Mas kalau begitu,” seruku.
Pagi ini aku dan suami bersiap untuk pergi bekerja. Sepanjang melewati area perumahan, kami bertegur sapa dengan para tetangga, biar tidak dikatakan sombong, hehehe. Alhamdulillah, aku dan suami bisa memiliki rumah ini. Setelah dua kali berjuang untuk mendapatkan. Panjang rasanya perjuangan untuk mendapatkan rumah ini.
Perumahan subsidi yang terletak di kawasan perbatasan kota menjadi pilihanku dan suami. Alasannya disini tenang, jauh dari hiruk pikuk keramaian. Perumahan ini masih satu-satu terisi. Alias masih sepi. Jarak tempuh tempat kerja dan rumah memakan waktu hampir setengah jam dan itu jika mulus-mulus saja. Kalau sudah hujan yah jangan ditanya.
Sesampainya di kantor, aku segera meletakan tas di mejaku. Kebiasaan sehabis itu aku menuju kamar mandi untuk cuci tangan.
“Haii, Fika udah dari tadi datangnya?” tanya Ranti teman sekantor.
“Iya nih, Nti, kamu sudah sarapan belum?” tanyaku.
“Belum Fik, yuklah kita ke kantin sebelum jam kantor dimulai,” kata Ranti.
Kami pun menikmati sarapan dan saling bertukar cerita. Hari ini pekerjaan sangat banyak. Lelah rasanya badanku. Sampai-sampai aku lupa untuk menghubungi suami hanya untuk sekedar bertanya sudah makan atau belum.
Tak terasa hari sudah menunjukkan pukul 17.00 sore. Itu berarti saatnya jam pulang. Bergegas aku mengemas berkas-berkas penting dimeja. Rasanya tak sabar ingin pulang ke rumah mama dan bertemu dengan keponakanku yang lucu. Ya, Alhamdulilah walau pun kami belum dikarunia anak, setidaknya adikku sudah memberikan kedua orang tua kami cucu yang pintar dan menggemaskan. Terkadang pertanyaan dan omongan dari segelintir orang menyakitkan. Rasanya mereka tidak tahu gimana perjuangan menanti seorang anak. Hmmm…semangat buat pejuang garis dua. Jika Allah SWT berkehendak tidak ada yang tak mungkin. Inilah salah satu drama kehidupan yang harus kita lewati dengan penuh rasa sabar.
Dengan memesan aplikasi ojek online aku pun pulang. Sekitar 15 menit perjalanan, akhirnya aku sampai di rumah mama. Aku disambut dengan celotehan keponakanku. Namanya Nana, usianya baru masuk satu tahun. Tapi anaknya bijak sekali. Ada saja yang ditanyakan. Dan paling suka kalau diajak bernyanyi dan jalan-jalan keliling kota. Sebelum menyentuh si keponakan lucu, aku bergegas mandi.
Biar virus-virus di badan hilang. Sehabis mandi aku segera masuk kekamar bocah imut tersebut. Kulihat Nana sedang asyik bermain dengan kakek dan neneknya. Ayah dan ibu Nana belum pulang bekerja. Masih ada urusan diluar. Ya, Nana dijaga oleh kakek dan neneknya selama kedua orangtuanya bekerja.
“Fika, kamu sudah makan? Kalau belum makan dulu gih, ibu sudah masak banyak,” kata ibuku.
“Masih kenyang Bu, habis Magrib saja nanti Fika makannya, Bu,” kataku.
“Oh ya Yudha lembur ya?” lanjut ibuku lagi.
“Iya Bu, makanya Fika tungguin Mas Yudha di sini. Masih takut pulang sendiri ke rumah,” rengekku ada pada ibu.
“Ya nggak apa-apa toh Fika, mau kamu pulang ke sini pun tiap hari, Ayah dan Ibu tidak permasalahkan. Inikan juga rumah kamu, Nak,” kata ibuku.
“Iya Nak jangan sungkan-sungkan kalau mau pulang ke sini,” seru ayahku.
Tak terasa azan Magrib pun berkumandang. Semua sudah berkumpul di rumah kecuali Mas Yudha. Karena memang dia masih sibuk di luar. Selepas melaksanakan ibadah salat Magrib kami makan bersama. Hmmm, kenikmatan seperti ini yang selalu aku rindukan. Di rumahku sendiri hanya tinggal kami berdua.
“Fik, kapan mengadakan acara syukuran rumah baru?” tanya ayah.
“Hmm, belum tau nich Yah, masih mencocokkan jadwal dengan Mas Yudha, ayah tau sendirilah Mas Yudha sibuknya nggak tentu,” kataku.
“Bagaimana kalau dua minggu lagi aja Kak Fika, seru adikku. Kita-kita saja sambil bawa makanan kesana dan sekalian mendoakan sama-sama,” lanjut adikku.
“Boleh juga tu Fik,” tambah ibuku.
“Baikklah Jun, nanti aku coba bicarakan sama Mas Yudha semoga dia bisa mengosongkan waktunya,” kataku.
Selepas makan dan membereskan meja, kami bercengkrama di ruang keluarga. Ada saja tingkah lucu Nana, membuat kami tertawa terpingkal-pingkal.
Tok…tok…tok. “Assalamualaikum.” Seperti ada suara ketukan dari luar.
“Fika itu sepertinya suamimu pulang,” kata ayah. Tak lama kemudian aku pun membukakan pintu untuk Mas Yudha. Setelah makan malam dan basa-basi. Aku dan Mas Yudha berpamitan dengan ayah dan ibu serta keponakan dan adikku.
Dua minggu kemudian.
Siang ini dirumah baruku sedang ada kesibukan. Ya, hari ini aku dan suami mengadakan syukuran kecil-kecilan untuk rumah sederhana kami. Biarpun sederhana yang penting nyaman untuk ditempati. Melindungi diri dari panas dan hujan. Tidak lupa juga kami mengundang ibu Mas Yudha beserta kakaknya, tetangga kiri kanan dan juga teman-teman kantor. Sebagai ajang perkenalan sesama warga perumahan.
Rata- rata tetanggaku masih pengantin baru dan juga ada yang baru anak satu. Jelang azan Magrib acara pun selesai dan kami tinggal beberes. Aku dibantu suami dan keluarga membersihkan kembali rumah ini. Setelah selesai semuanya mereka pun berpamitan pulang karena besok mau masuk kerja lagi. Aku dan suami pun segera membaringkan diri ke kasur nan empuk. Rasanya lelah seharian berjibaku dengan segala persiapan syukuran tadi.
Kebiasaan sebelum tidur kami selalu bercerita tentang apa saja yang dilakukan hari ini, hingga pada akhirnya salah satu dari kami terlelap ke alam mimpi. Aku dan Mas Yudha berencana akan merenovasi bagian belakang rumah yang masih tanah kosong, biar jadi dapur idaman kami nantinya. Kami merancang berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pembangunan tersebut. Mumpung belum ada anak, kami pelan-pelan merenovasi bagian rumah ini. Jadi nanti ketika si kecil hadir, dia tinggal menikmati kenyamanan rumah ini. Sebenarnya dari hati terdalam sedih, belum adanya kehadiran keturunan.tapi kita sebagai manusia biasa hanya bisa berusaha dan berdoa agar Allah SWT lekas mengabulkan doa-doa kami.

Syarifah Fitri Karlinawati, pengalaman kerja 2011-2016 admin olahraga, 2016-2017 anggota bendahara di KONI Kota Pekanbaru, 2017-2018 staff bendahara di Developer Pekanbaru, 2020-2022 karyawan di Kantor Notaris Pekanbaru, 2022 sampai sekarang di developer.

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan