
Sehari dalam Kehidupan Hasan Al Banna
Sehari dalam Kehidupan Hasan Al Banna
Ketika membaca puisi Hasan Al Banna (Kopi & Kepo) sya sudah menyadari bahwa penyair ini akan bermain dengan kata.kata yang sebunyi tapi berbeda arti misalnya apel dengan apel dalam konteks berbeda yang satu bermakna (upacara kecil) dan satu lagi buah apel.Ada juga pertukaran bunyi sangsi dengan sanksi, ada juga perbedaan vokal di awal kata misalnya,amin dengan aman, balon dengan bulan.
Puisi Hasan ini tidak ada yang aneh dan keluar dari pakem puisi .hanya si penyair mahir mempermainkan bunyi yang dipungutnya dari kamus kosa kata kemudian mengkutak-katiknya dalam bait-bait puisi.
Hasan sebagai tukang kayu yang memasang dan memasung kayu tak ubahnya si tukang rumah dan pada akhirnya jadilah sebuah bangunan yang megah dan meriah.. Kemahiran Hasan sebagai penyair “Kopi dan Kepo” banyak didukung oleh penguasaan kosa kata yang dipungtnya secara liar dari sebuah kamus yang jinak yang baku dan standar.
Mari kita baca puisi “Amin dan Aman” di bawah ini.
Amin itu ikhtiarmu
Amin itu kuasa-Nya
Sekiranya makin hujan aminmu
Maka makin air dunia akhiratmu
Sekaliannya makin kemarau aminmu
Maka makin api dunia akhatmu
Pada puisi Angan dan Angin penyair Hasan Al banna mengajak pembacanya untuk berdialog tentang dunia angan-angan yang sering disindir oleh Al Quran bahwa manusia banyak berangan-angan.
Syekh Hassan Al Bashri ulama tersohor Baghdad pernah berpesan bahwa manusia ini mewarisi tiga hal yakni angan-angan, cepat lupa dan ajal.
Hasan pun memungut kosakata angan ini yang disandingkannya dengan kaa Angin.
Angin tanpa pamrih
Agan tanpa batas
Angin belain kasih
Angan gelanggang luas
Hasan Al Banna (pegiat sastra di Balai Bahasa Sumatra Utara) dikenal selama ini sebagai penulis cerita pendek, puisi dan novel.Tulisannya betabur di surat kabar Medan, di koran Tempo dan Kompas serta Majalah Horison . Buku puisi ini diterbitkan Obelia Publisher dengan editor Kartika Sari yang juga penyair.v(Tuah Esha)