

Selama sepekan sudah
Kami bersama
Menjejaki negeri orang
Yang berhawa sejuk
Kami menggigil memang
Ingat kami
pada Dieng
pada Kintamani
pada Batu
pada Berastagi
Kemolekan gunung- gunung Salju di Cimigan
Angin semilir mengganggu rindu- rindu kami
Ah gadis Cimigan
Pengantar kopi beralaskan mata yang sayu
Bukhara yang anggun
Membawa masa- masa silam yang penuh pesona
Benteng kokoh dan menggoda
Ada bilik Sultan tempat ia mengintip rakyatnya
Ada sejahtera kah ?
Atau masih saja nestapa ?
Ada pula bilik para isteri
Baik yang utama ataupun yang pengiring
Betapa tersusun rapi
Disinilah kami merajakan
Rekan kami
Mas Susno
Berpakaian kebesaran raja
Pegang pedang panjang satu meter
Alangkah gagahnya
Sementara itu Sang Imam
Imam Bukhori telah lama menunggu
Kafilah dari negeri kepulauan
Tak kunjung datang
Aku rindu, katanya
Rindu ?
Ya ya ya
Aku rindu
Benar- benar rindu
Karena tanpamu… Bung Karno
Rumahku mungkin tak akan dikenal dunia
Mungkin telah punah dimakan masa
Terima kasih , Bung
Kini banyak umat dari negerimu
Datang dan berdoa
Datang dan mencari tahu
Datang dan menebar rezeki
Karena bagaimanapun
Kesejahteraan belumlah sepenuhnya merata
Di negeri kami
Maafkan aku ya
Rumahku masih terus dikemas
Agar persahabatan kita
Disuatu masa kelak
Akan lebih bermakna
Sang Imam Naksabandiah pun terus menyapa
Dari enam belas penjuru angin
Berziarah
Berdoa
Mengambil hikmah kehidupan
Hikmah untuk mencampurkan ikhtiar dunia
Dengan kesucian jiwa
Perigi Sang Imam
Tak kan kering
Walau airnya selalu ditimba setiap detik
Sepekan yang penuh keberkahan
Ah masih banyak kata yang dapat kubariskan
Mungkin Uzbekistan yang lain bisa kuukir disini
Aku mohon maaf
Pada semua sahabat yang sepuh **)
Atau pada semua yang masih bergelora
Pada puan- puan yang selalu menawan
Atau pada Tuan- tuan yang cukup sabar
Setiap perjalanan
Ada kisahnya
Setiap kisah
Ada jalannya
Terminal 3 Bandara SHIA/ HA
*) Tour Leader A. Trenggono
**) ibu- ibu sepuh yang tetap semangat: berkursi roda, bertongkat, berkursi