NARKOSIS  LITERASI

Tulisan Terkait

Loading

Telunjuk yang menunjuk rembulan bukanlah rembulan (Yusmar Yusuf)

Quotes di atas merupakan salah satu kalimat-kalimat kunci yang saya simpan di dalam hati saat memandu acara Diskusi Bersama Prof. Dr. Yusmar Yusuf, M.Psi.  Selain quotes di atas ada satu lagi yang membuat saya terkesan, meskipun memaknainya harus dengan menggunakan meta bahasa. “Ada satu nama yang abadi, yang disimpan di dalam hati, yang tidak bisa dinikahi”.

Diskusi yang digagas bersama Siti Salmah, Murparsaulian, dan Bambang Kariyawan Ys,  di bawah payung Salmah Creative Writing (SCW) mengambil tema “Pembatinan Kebudayaan, Kenapa Literasi”. Tema yang membuat kita yang terbiasa memahami sesuatu baru dalam level permukaan akan berulang kali mencoba mencari jawaban, apa maksud tema tersebut.

Diskusi yang dibangun dengan filsafat menyangsikan ini diharapkan memunculkan tradisi sanggah menyanggah.  Tradisi yang telah dibangun sejak zaman Yunani kuno ini akan membawa pada titik daya kritis memahami permasalahan dan karya yang tak mudah dilupakan zaman.  Diskusi yang digagas ini lahir dari asumsi kebaikan rasional. Diskusi yang mengandung keindahan dan kebermanfaatan.

Memunguti Wahyu

Sejak manusia mengenal aksara menyebabkan manusia menjadi pelupa. Itulah skandal peradaban, termasuk ketika ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Semakin menambah deretan skandal peradaban lainnya. Bertambah kembali dengan era media sosial.

Media sosial dengan segala tumpah ruah berita setiap saat hanya menawarkan kadar semu. Tanpa esensi kita memberikan pujian (like) akan berita yang remeh temeh dan tidak penting untuk diapresiasi.

Cara memunculkan sel-sel kreatifitas kebudayaan yang akan mati dengan melakukan proses passing out. Proses pengembaraan dari satu tempat ke tempat lain yang berbeda dan menantang. Tugas mulia yang semestinya membawa kita terhindar dari masuk ke dalam neraka yang dapat kita sebut sebagai neraka literasi (berita-berita dan respon di media sosial).

Tugas seniman (termasuk) penyair untuk memunguti wahyu-wahyu yang tercecer. Memungutinya melalui proses kekosongan sebagai sumber penciptaan. Penciptaan karya yang akan mempengaruhi ruang-ruang kekurangajaran yang telah dipenuhi dengan paham strukturalisme.

Kesadaran dan Ketidaksadaran Literasi

Kesadaran literasi telah lama dibangun melalui tradisi surat menyurat antara Raja Ali Haji dengan Von de Wall. Kartini dengan Rosa Abendanon. Kesadaran membangun tradisi literasi melalui Rusydiah Club di Pulau Penyengat merupakan contoh tradisi yang perlu diteruskan. Tradisi saling mengkritisi karya di Riau perlu ditumbuhkan agar karya yang dihasilkan memiliki nafas panjang dan daya tahan atas zaman.

Kesadaran literasi membuat seseorang melontarkan diri ke dalam kerja kebudayaan ini. Dengan tujuan berikutnya adalah memperhalus akal budi. Hal ini yang dilupakan dalam masyarakat kita ketika berkegiatan membangun literasi.

Catatan sederhana untuk para pemungut wahyu-wahyu yang tercecer dalam membangun kesadaran literasi adalah menghindari typo. Tindakan ini termasuk tindakan penistaan terhadap literasi. Kerja literasi ini adalah kerja peradaban. Antisipasi dengan tindakan berhati-hati dan sepenuh hati merangkai dan membunyikan wahyu-wahyu yang tercecer tersebut.

Keadaan yang tidak diimbangi dengan kesadaran literasi itu membuat kita mengalami fase narkosis peradaban. Keadaan yang membuat kita mengalami kehilangan kesadaran dalam menyusun peradaban hakiki. Narkosis ini terjadi kala kita beramai-ramai menikmati penyakit  dalam group media sosial. Postingan dan respon yang tidak memiliki hakiki,

 hanya membuat kebaikan semu. Itulah bagian dari fenomena yang terjadi dalam era media sosial.

Memupuk kesadaran literasi harus dilakukan tanpa lelah mengingat tindakan ini adalah tugas fardu kifayah.  Tugas yang akan membangun kesadaran kita dari hilangnya kesadaran (narkosis) dalam literasi.

Bambang Kariyawan Ys, Sastrawan

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan

1 Komentar
  1. Abdul Rahman mengatakan

    Ini harus dibaca penuh fokus dan data nalar oftimal agar sampai ke pemahaman yang meluas, karena kandungan nutrisi kata didalamnya amat sarat dengan obat-obatan yang tak langsung enak ditelan melainkan dengan proses kesungguhan untuk memaknai setiap untaiannya.