Soeman Hs, Sastrawan Utama Dari Riau: Catatan Husnu Abadi

78

Pengantar
Pengurus Pusat Perkumpulan Penulis Satupena meminta kepada semua daerah untuk mengusulkan seorang tokoh sastrawan yang sudah almarhum, untuk dikukuhkan oleh Satupena, sebagai sastrawan nasional utama dari setiap daerah. Berikut ini narasi tentang Soeman Hs yang melengkapi usulan dari Satupena Riau.

Soeman Hs, adalah sastrawan budayawan Angkatan Pujangga Baru, dan merupakan perintis penulisan cerita pendek di Indonesia, dengan terbitnya buku kumpulan ceritera pendek berjudul Kawan Bergelut, yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada Tahun 1938. Selain cerpen Soeman pun menulis sejumlah novel: Kasih Tak Terlerai (1930), Percobaan Setia (1931), Mencari Pencuri Anak Perawan (1932), Kasih Tersesat (1932), Tebusan Darah (1939), Di samping Selain itu, Soeman pun menulis puisi, yang oleh Sutan Takdir Alisyahbana puisi itu dimuat dalam antologi Puisi Baru (Tahun 1946).

Dilahirkan di Bantantua, Bengkalis, tahun 1904, dari seorang ayah bernama Lebai Wahid Hasibuan dan ibu bernama Tarumun Pulungan, berasal dari kampung Hutanopan, Kecamatan Barumun, Tapanuli Selatan. Ayahnya meninggalkan kampung karena adanya perselisihan antara keluarga yang sangat menusuk hati dan kemudian merantau mencari penghidupan yang lebih menjanjikan dan akhirnya setelah perjalanan selama 10 tahun berhasil menemukan daerah yang sesuai yaitu Pulau Bengkalis. Pada masa itu, Bengkalis adalah sebuah bandar yang ramai, di tepi selat Melaka, menghubungkan daratan Sumatera dengan negeri-negeri di seberangnya, Semenanjung Tanah Melayu dan Singapura .

Novel Kasih Tak Terlerai, ditulisnya ketika hidup di Siak Sriindrapura, dan diterbitkan oleh Penerbit Balai Pustaka Tahun 1930. Berkisah tentang pembatasan kehidupan wanita, dimana keluar rumah pun amat dibatasi. Kalau perempuan mau kawin, harus menurut kehendak orang tua . Siapa calon menantu yang paling disukai orang tua, itulah yang berlaku. Walau pun hal itu berlawanan dengan keinginan hati sang perempuan. Soeman Hs menulis novel itu dengan tujuan mengkritik kebiasaan yang hidup pada masa itu. Akhirnya, saya memenangkan pihak perempuan yang tidak menyukai kebiasaan orang tua yang selalu melihat calon lelaki dengan kesuksesan duniawi. . Saya melawan perilaku dan kebiasaan kawin paksa model yang diamalkan orang tua masa itu. . Dengan demikian saya ikut mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan.

Novel Mencari Pencuri Anak Perawan, diterbitkan oleh Balai Pustaka, Tahun 1932, Roman ini menceritakan kegigihan seorang pemuda yang cerdik dan banyak akalnya untuk mendapatkan kekasih hati sekalipun dengan cara menculiknya. Kisah-kisah dalam ceritera ini terjadi di Daerah Bengkalis dengan segala adat istiadat yang mengungkunginya. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam roman ini adalah : Sir Djon, pemuda keturunan Perancis yang dilahirkan di Bengkalis dan mantan kelasi kapal. Dia tampan, cerdik dan banyak akal. Si Nona, seorang gadis cantik peranakan Tionghoa. Dia hidup dengan orang tua angkartnya sebagai Tukang Rangsum. Si Tukang Rangsum, ayah angkat Si Nona, yang mata duitan. Tairo, pemuda keturunan Keling yang kaya raya. Dengan kekayaannya itu dia dapat melakukan apa saja sesuai dengan kehendak hatinya termasuk membeli calon isteri dari orang tuanya. Tan, pembantu setia Sir Djon. Ketika Sir Djon yang jatuh hati pada Si Nona, dan beberapa saat kemudian melamarnya, Si Tukang Rangsum menerimanya. Namun Taroo yang juga suka pada Si Nona, tak meneghendaki perkawinan Si Nona dengan Sir Djon. Taroo berhasil menyuap Tukang Rangsum dengan sejumlah uang yang sangat banyak. Batal lah lamaran Sir Djon. Pada suatu malam Si Nona menghilang. Semua ribut dan gelisah. Termasuklah Taroo. Dari episode ini, maka bergulirlah ide cemerlang dari Sir Djon, bagaimana agar dia dipercayai oleh Si Tukang Rangsum dalam mencari keberadaan dan menemukan Si Nona. Singkat ceritera, Sir Djon dipercayai oleh ayah angkatnya untuk mencari keberadaan Si Nona, dan dengan demikian Sir Djon berhasil membawa Si Nona, yang telah ia sembunyikan di suatu tempat, di suatu malam, dan dengan kapal berlayar menuju semenanjung. Novel ini mirip dengan Kasih Tak Terlerai, membawa nuansa detektif, dimana pembaca akan penasaran sampai akhir ceritera, untuk menemukan jawaban dari misteri ceritera.

Soeman Hs memang mengakui bahwa buku-buku terbitan Balai Pustaka banyak memberi inspirasi padanya, terutama yang berbau detektif. “ Salah satu karangan orang luar yang menarik perhatian saya adalah karangan yang berbau detektif. Sebab, nampaknya buku ceritera detektif banyak dibaca orang. Diantaranya cerite detektif yang ditulis oleh Alexander Dumas. Selain itu ada pula ceritera detektif yang sudah diterjemahkan dari bahasa Perancis karangan Arthur Conan Doyle. Buku-buku Arthur masa itu banyak dterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Daya tarik dari ksah detektif inilah yang membuat ceritera saya berbeda dengan yang ditulis oleh Marah Rusli, misalnya, yang hendak meringankan adat dan mengangkat derajat perempuan.Bila membaca buku detektif , orang nampak lebih tertarik. Orang ini tahu bagaimana ujung ceritanya. Ujung ceritera yang disembunyikan itulah yang menyebabkan orang tertarik. Jadi ilhamnya dari situ”.

Tulisan Terkait

Berpendidikan Sekolah Melayu di Bengkalis (1912-1918) dan sekolah Normal di Medan dan Langsa (tamat 1923). Mengajar sebagai guru bahasa Indonesia pada HIS di Siak Sri Indrapura (1923-1930), Kepala Sekolah Bumi Melayu di Pasir Pangaraian (1930), Penilik Sekolah pada zaman Penjajahan Jepang, anggota Sagikai Giin (semacam DPR buatan Jepang), anggota Komite Nasional Indonesia di Rokan Kanan/Kiri , Komandan Pangkalan Gerilya Rokan Kanan, anggota staf Gubernur Militer Riau, Penilik Sekolah merangkap Kepala Jawatan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P & K) Pekanbaru dan Kampar, anggota Badan Pemerintah Harian (BPH) Daerah Tingkai I Riau (1960-1966), anggota DPRD Provinsi Riau (1966-1968) dan terakhir mendirikan serta memimpin Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) yang membawahi berbagai lembaga pendidikan sejak Taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA dan pendidikan tinggi (Universitas Islam Riau). Sebagai penghormatan yang tulus, nama Soeman HS kini diabadikan untuk nama gedung Perpustakaan Daerah Provinsi Riau, Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru, juga nama Perpustakaan Utama Universitas Islam Riau, Jln. Kaharauddin Nasution, Pekanbaru.

Pernah aktif secara rutin, setiap pekan, mengisi acara Seluk Beluk Bahasa Indonesia, pada Radio Republik Indonesia (RRI) Station Pekanbaru selama beberapa tahun. Rubrik ini sangat digemari pendengar radio karena pembahasan mengenai bahasa bermula dari praktek keseharian.

Soal nama dan marganya yang sejak dahulu ia gunakan, ia mengakui bahwa marganya Hasibuan, yang kemudian disingkat dengan Hs, sehingga menjadi Soeman Hs. Ketika ada yang bertanya tentang hal itu, dijawabnya dengan santai bahwa dia memang bersuku Batak yang Hasibuan dan kini telah menjadi Melayu. Maka terkenallah pantun yang sering ia bawakan:
Kapak bukan sebarang kapak/ kapak dipakai tuk membelah kayu/ batak bukan sebarang batak/ batak ini telah jadi Melayu.

Buku yang berisi Otobiografi H. Soeman Hs, ditulis oleh Fakhrunnas MA Jabbar, berjudul Bukan Pencuri Amak Perawan, diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Riau, Tahun 1998, tebal 370 halaman. Sedangkan pada Tahun 2003, Yayasan Pusaka Riau, menerbitkan kembali buku tersebut, dalam edisi yang lebih tipis, dengan ketebalan 239 halaman.

Husnu Abadi, Penasehat Utama Pengurus Wilayah Perkumpulan Penulis Satupena Provinsi Riau dan peserta Kongres Satupena 2017 di Solo, sebagai delegasi dari Riau bersama Fakhrunnas MA Jabbar, Syafrinaldi, Dheni Kurnia, Hasan Basri Jumin, .

Sumber bacaan :
Fakhrunnas MA Jabbar, 1998, H. Soeman Hs, Bukan Pencuri Anak Perawan, 1998, Pemda Tk. I Riau.
Hasanuddin WS, 2004, Ensiklopedia Sastra Indonesia, Titian Ilmu Bandung.
Soetrianto Azzumar Djarot, Yose Rizal Zen, Fedli Azis, Editor, 2014, Seratus Tahun Cerpen Riau, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemprov Riau.

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan