Tiras Guru : Sekolah Online, Membosankan….??? – Yuni Esti Indrikawati, S. Sos., M. Si.

67
Tulisan Terkait

Loading

Pengasuh : Bambang Kariyawan Ys

Sekolah Online, Membosankan….???
(Upaya Guru Mengatasi Kejenuhan Belajar Online Bagi Siswa di Pembelajaran Masa Covid 19)

Yuni Esti Indrikawati, S. Sos., M. Si.
Guru Sosiologi SMA Cendana Mandau

“Bu… kapan kita masuk sekolah normal lagi Bu…?”

“Bu… belajar tatap muka langsung sajalah….”

“Bu… ndak jelaslah bu kalau tidak dijelaskan dan diskusi langsung Bu…”

“Bu… kita belajar offline saja di sekolah Bu…”

“Bu… dah capek mata ini didepan laptop Bu…”

“Bu… bosan baca materi terus kerjakan soal…”

“Bu… sinyal payah, lelet kali Bu…”

“Bu… baca materi saja kami ndak paham Bu…”

“Bu… bagus belajar disekolah lagi, dirumah tuh mama marah-marah aja kalo ditanya pelajaran…”

Masih banyak lagi keluhan-keluhan yang disampaikan siswa melalui WA guru ataupun kolom komentar di aplikasi pembelajaran online yang mereka gunakan.

Harus diakui, semenjak pandemi  covid-19 banyak hal yang berubah dan terpaksa dirubah dari keseharian kita.  Jika sebelumnya kita memiliki kebebasan bergerak, maka semenjak bulan Maret 2020 keleluasaan bergerak di ruang publik menjadi sangat terbatasi.  Dan hal ini pun terjadi di dunia pendidikan, dimana ketika pandemi covid-19 ini makin meluas di Indonesia,  pemerintah khususnya Departemen Pendidikan pada akhirnya memutuskan untuk “merumahkan” seluruh peserta didik.  Konsep “merumahkan” ini bukan berarti siswa libur belajar dalam jangka waktu tak terbatas, melainkan siswa melakukan proses pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing yang dipantau oleh guru yang bekerja sama dengan orang tua.  Learn From Home (LFH) pun menjadi istilah tren dikalangan pelajar mengikuti jejak istilah WFH (Work From Home) yang dipakai oleh para karyawan yang bekerja dari rumah.  Konsep daring dan luring pun akhirnya bersliweran di berbagai percakapan yang muncul di dunia maya. 

 Guru, orang tua dan siswa akhirnya harus  berjibaku untuk belajar mengikuti tuntutan keadaan dengan berusaha memenuhi terlebih dahulu kebutuhan pembelajaran siswa selama dirumahkan.  Guru dituntut mempersiapkan materi pembelajaran dan latihan soal yang mampu dipahami siswa dengan bahasa sederhana mengingat siswa diminta untuk belajar sendiri dirumah.  Pada konsep luring, orang tua dilibatkan dalam pengambilan materi dan soal serta pengembaliannya di sekolah.  Sementara pada konsep daring, mau tidak mau orang tua harus memenuhi kebutuhan anak dengan laptop ataupun android yang harus didukung dengan pemenuhan kebutuhan kuota.  Lalu, apakah masalah pembelajaran itu serta merta selesai?  Ternyata, tidak.

Masalah baru pun muncul dimana pada akhirnya banyak siswa yang kurang mampu memahami materi secara otodidak karena hanya bersandar pada buku, ataupun materi dan modul yang diberikan tanpa disertai penjelasan dan contoh soal yang cukup.  Sementara mereka dituntut untuk mengerjakan soal yang ada ataupun LKPD yang diberikan guru untuk segera mengumpulkannya sesuai batas waktu yang telah ditentukan guru.  Belum lagi ditambah dengan keluhan orang tua yang juga harus membantu anak memahami materi, mengawasi proses belajarnya, sementara mereka pun memiliki keterbatasan dalam memahami dan mencerna materi yang ditanyakan anak padanya.  Percakapan para orang tua yang mengeluhkan system pembelajaran ini pun memenuhi obrolan dalam grup WA orang tua. 

Berbagai keluhan yang muncul khususnya dari siswa dan orang tua inilah yang pada akhirnya menuntut guru berbenah diri memperbaiki cara pembelajaran  yang mereka lakukan di masa pandemi covid-19 ini.  Berbagai upaya dilakukan, salah satunya dengan berlatih untuk membuat media pembelajaran yang inovatif dan cukup interaktif dengan siswa tanpa harus menyedot kuota dalam jumlah besar yang terkadang terasa cukup memberatkan bagi orang tua untuk memenuhinya. 

Pembuatan video pembelajaran yang inovatif dan interaktif dengan memanfaatkan beberapa aplikasi menjadi salah satunya.  Melalui video pembelajaran yang dibuat sendiri oleh guru menjadi salah satu upaya menjawab kejenuhan siswa dalam LFH tahap awal serta memperkecil potensi konflik yang muncul dari orang tua terhadap anak maupun pada pihak sekolah. 

Jujur, sebenarnya ini bukanlah hal yang mudah bagi guru mengingat banyak hal yang harus dipelajari dan dipersiapkan dari awal, sementara pekerjaan sekolah yang lain pun masih banyak yang harus dikerjakan.  Namun mengingat tuntutan kerja serta tanggung jawab profesi dan yang lebih utama adalah “Kata Hati”, guru pun mengesampingkan kendala-kendala tersebut.  Keinginan untuk bertemu, menyapa dan mendampingi siswa dalam proses pembelajaran sedemikian sangat kuat menggelora di hati guru.  Tak bisa di elakkan, panggilan jiwa sebagai guru begitu kuat dalam diri.  Dan akhirnya, meski terasa berat dan tertatih guru pun  berusaha mempelajari aplikasi pembuatan video sebagai upaya untuk memberikan sumbangsih bagi kemajuan siswa di tengah pandemi covid-19.  Yah, covid-19 bukanlah halangan untuk memberikan pelayanan dan pendidikan serta pengajaran yang terbaik bagi siswa.  Covid-19 menuntut guru untuk lebih cerdas mensiasati keadaan  dengan melakukan inovasi pembelajaran berbasis media.

Video pembelajaran yang dibuat guru  pun di usahakan untuk lebih mudah dipahami dengan memasukkan animasi ataupun gambar-gambar dan contoh nyata dari aplikasi materi pembelajaran yang ada.  Selain itu, video pembelajaran adalah sebuah upaya untuk menghadirkan guru secara “langsung” di hadapan siswa dengan memanfaatkan teknologi  di tengah keterbatasan.   Harapannya adalah agar siswa lebih mudah memahami materi selain dari membaca buku secara individual.  Dengan demikian, ketika ada soal ataupun LKPD yang harus dikerjakan siswa akan lebih mudah mengerjakannya.  Video pembelajaran yang dibuat pun di setting untuk bisa di unduh siswa agar dapat disimpan dan dibuka sewaktu-waktu untuk belajar tanpa selalu membuka aplikasi pembelajaran  berbasis internet yang cukup menyedot kuota.

Selain menggunakan video pembelajaran yang aplikatif dan interaktif, guru juga membuka forum diskusi didalam aplikasi pembelajaran yang digunakan untuk memberi kesempatan bagi siswa saling bertukar pendapat, bertanya jawab atau memperoleh penekanan penjelasan materi dari guru. 

Dengan demikian, diharapkan tanpa harus mempergunakan aplikasi yang cukup menyedot kuota, siswa tetap bisa aktif belajar online secara interaktif dan menarik serta mampu mengerjakan LKPD dengan lebih mudah. Sesekali jika dirasa sangat dibutuhkan guru juga bisa melakukan tatap muka secara virtual menggunakan aplikasi google meet ataupun zoom namun dengan waktu yang terbatas untuk mengatasi borosnya penggunaan kuota pada siswa.

Ya … covid-19 memang menghambat gerak kita semua, tapi tidak akan pernah mampu menghambat ide-ide kreatif guru untuk pembelajaran.  Pandemi ini menjadikan para guru lebih maju selangkah dalam menguasai teknologi.  Karena pada dasarnya ketika hati telah memilih profesi menjadi guru, maka pikiran dan jiwa ini telah menyatu untuk mencerdaskan anak bangsa.  Seperti apa yang telah sering almarhum pak Raideni katakan “Tanpa guru, maka tak akan pernah ada profesi-profesi yang lain….”.  Berakhlak, cerdas pikir, santun jiwa, pribadi yang inovatif dan kreatif adalah harapan guru bagi siswa-siswinya. 

Berikan Tanggapan

Alamat surel anda tidak akan dipublikasikan